Jakarta, Aktual.com – Pengamat politik Indonesia Political Opinion (IPO), Dedi Kurnia Syah Putra menilai, komposisi hasil reshuffle Kabinet Indonesia Maju diprioritaskan untuk kestabilan politik.
Ini terlihat dari porsi koalisi yang semakin lengkap dari sisi kursi menteri dan wakil menteri yang secara umum masih memiliki relasi dengan proses Pilpres 2019.
Menurut Dedi, kekhawatiran ‘obesitas’ struktur Kabinet Indonesia Maju sudah ‘menggemuk’ sudah terjadi sejak awal pembentukan pemerintahan Jokowi-Ma’ruf Amin.
“Kondisi ini menandai kuatnya politik akomodatif. Presiden berusaha menyenangkan semua pihak dan tentu tidak baik bagi roda pemerintahan, karena akan memperlambat laju pembangunan,” ucap Dedi kepada RRI.co.id, Sabtu (26/12/2020).
Di sisi lain, politik akomodatif Jokowi di berbagai posisi baru menunjukkan keinginan untuk mengumpulkan semua potensi dukungan. ‘Obesitas’ struktur Kabinet Indonesia Maju bisa saja memang pilihan untuk meningkatkan kembali kepercayaan publik pada pemerintahan.
Diketahui, Presiden Jokowi melantik enam menteri baru yakni, Menteri Sosial Tri Rismaharini, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno, Menteri Agama Yahya Cholil Qoumas, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi, dan Menteri Kelautan dan Perikanan Wahyu Sakti Trenggono.
Sementara lima wakil menteri baru yang diangkat adalah Wakil Menteri Pertahanan M. Herindra, Wakil Menteri Hukum dan HAM Edward Komar Syarief Hiariez, Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono, Wakil Menteri Pertanian Harfiq Hasnul Qolbi, dan Wakil Menteri BUMN Pahala N. Mansyuri.(RRI)
Artikel ini ditulis oleh:
Warto'i