Jakarta, Aktual.co — Energy Watch Indonesia (EWI) menyayangkan kerugian yang dialami PT Pertamina (Persero) pada dua bulan pertama tahun ini. Kerugian ini dinilai akibat penurunan kinerja dan gagalnya direksi baru dalam mengembangkan Pertamina.

Direktur Eksekutif EWI Ferdinand Hutahaean mengatakan, kondisi Pertamina yang merugi pada periode Januari-Februari 2015 memang sangat kita sesalkan lantaran Pertamina begitu sangat diharapkan dapat menyumbang APBN dari sektor migas.

“Apa yang terjadi pada Pertamina saat ini memang kami perhatikan lebih kepada penurunan kinerja dan gagalnya direksi baru yang dipimpin Dwi Soetjipto untuk mengembangkan dan membesarkan Pertamina,” kata Ferdinand kepada Aktual melalui pesan singkatnya, Jakarta, Senin (30/3).

Menurutnya, meski memang penurunan itu juga dikarenakan faktor turunnya harga minyak dunia, namun itu hanya sebagian kecil penyebab kerugian Pertamina. “Yang lebih besar adalah dari sisi kinerja. Pertamina ini seperti tidak menyatu sebagai sebuah perusahaan besar,” ujar dia.

Lanjutnya, di satu sisi Pertamina telah mengklaim mendapat penghematan sekitar USD30 juta per bulan dari pengadaan minyak yang dilakukan Integrated Supply Chain (ISC).

“Meski kami curiga ini tidak benar karena fakta lapangan tidak ada perubahan pola pengadaan oleh Pertamina,” ungkapnya.

Ia mengamati, dari harga gas dan BBM yang dijual oleh Pertamina, semuanya sudah untung. Hanya elpiji 3 kg dan minyak tanah yang masih disubsidi oleh pemerintah dan itu tidak seberapa dibanding keuntungan yang didapat oleh Pertamina dari prnjualan BBM dan gas selain elpiji 3kg.

“Jadi alasan kerugian Pertamina tidak bisa diterima, ini artinya direksi baru gagal melakukan reformasi dan efisiensi di tubuh Pertamina,” tukasnya.

Seperti diketahui, Pertamina kembali menelan kerugian di sepanjang Februari 2015 lalu. Bahkan, sepanjang Januari – Februari 2015 lalu Pertamina laba bersih Pertamina anjlok menjadi minus USD0,21 Miliar.

Berdasarkan data yang dimiliki Aktual, pada periode Januari-Februari 2014, pendapatan Pertamina mencapai USD11,64 miliar, namun pada Januari-Februari 2015 turun 40,93 persen menjadi USD6,87 miliar.  Sedangkan laba bersih Januari-Februari 2015 minus USD0,21 miliar, padahal pada bulan yang sama di tahun 2014, Pertamina berhasil meraup untung sebesar USD0,49 miliar.

Menanggapi hal itu, Direktur Keuangan Pertamina Arif Budiman menyampaikan bahwa Januari-Februari selain dikarenakan pengaruh harga jual yang jatuh tajam.

“Selain pengaruh harga jual yang jatuh tajam, masih ada juga pengaruh sisa persediaan produk dan bahan baku tahun lalu yang pada saat dibeli waktu itu dalam kondisi harga industri yang tinggi,” kata Arif melalui pesan singkatnya kepada Aktual beberapa hari lalu.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Eka