Foto arsip menunjukkan anjungan gas Leviathan milik Noble Energy yang sedang dibangun di Laut Mediterania, sekitar 10 kilometer dari pantai Israel pada 31 Januari 2019. ANTARA/Xinhua/Marc Israel Sellem-JINI.
Foto arsip menunjukkan anjungan gas Leviathan milik Noble Energy yang sedang dibangun di Laut Mediterania, sekitar 10 kilometer dari pantai Israel pada 31 Januari 2019. ANTARA/Xinhua/Marc Israel Sellem-JINI.

Kairo, aktual.com – Layanan Informasi Negara Mesir (State Information Service/SIS) pada Kamis (18/12) menyampaikan bahwa kesepakatan gas alam yang baru diumumkan dengan Israel murni bersifat komersial dan tidak memiliki implikasi politik, menepis laporan media yang menyatakan sebaliknya.

Dalam sebuah pernyataan, Kepala SIS Diaa Rashwan mengatakan kesepakatan itu adalah “transaksi komersial murni” berdasarkan pertimbangan ekonomi dan investasi, yang melibatkan perusahaan energi internasional seperti Chevron yang berbasis di AS dan perusahaan Mesir yang khusus bergerak di bidang tersebut, tanpa “campur tangan langsung pemerintah.”

Ia mengatakan kesepakatan itu mendukung tujuan strategis Mesir untuk memperkuat posisinya sebagai pusat perdagangan gas regional, yang didukung oleh pabrik pencairan (liquefaction) gas canggih dan infrastruktur transportasi gas.

Rashwan memperingatkan terhadap apa yang disebutnya sebagai “kampanye bermusuhan media” yang berupaya mempolitisasi kesepakatan tersebut, seraya mencatat bahwa waktu pelaksanaannya tidak mengubah sifat komersialnya.

Ia juga menegaskan kembali pendirian Mesir yang “tegas dan tak tergoyahkan” terhadap perjuangan Palestina, termasuk dukungan untuk solusi dua negara dan penentangan terhadap pengusiran paksa serta menyoroti peran diplomatik Mesir dalam upaya rekonstruksi Gaza.

Pada Rabu (17/12), Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah menyetujui kesepakatan gas senilai 112 miliar shekel (1 shekel = Rp5.199) atau sekitar 34,7 miliar dolar AS (1 dolar AS = Rp16.698), di mana Israel akan memasok gas alam ke Mesir, dan menyebutnya sebagai “kesepakatan gas alam terbesar dalam sejarah Israel.”

Menteri Energi Israel Eli Cohen, yang berbicara bersama Netanyahu menggambarkan persetujuan perjanjian tersebut sebagai “momen bersejarah” bagi Israel, baik secara diplomatik maupun ekonomi.

Pada Agustus lalu, pihak berwenang Mesir mengklarifikasi bahwa kesepakatan tersebut merupakan amendemen dari perjanjian sebelumnya pada 2019, yang memperpanjang pasokan gas Israel ke Mesir hingga 2040.

Artikel ini ditulis oleh:

Rizky Zulkarnain