Jakarta, Aktual.com — Muslim di Inggris tercatat sekitar 2,8 juta orang, termasuk Muslim Indonesia yang menetap di Kerajaan Ratu Elizabeth, menjalani ibadah puasa sekitar 19 jam, namun dirasa lebih ringan ketimbang Indonesia yang 12 jam dalam panas terik.

Panjangnya waktu menjalani ibadah puasa di wilayah Eropa, termasuk Inggris yang mempunyai empat musim yang tahun ini berada di musim panas dengan waktu siang lebih lama dari malam hari itu membuat beberapa sekolah yang mempunyai murid beragama Islam mengultimatum orang tua siswa tidak memaksakan anaknya untuk berpuasa.

Harian terkemuka di Inggris The Independent melansir sekolah dasar di London Timur mengeluarkan ultimatum kepada orang tua siswa tidak memaksakan anaknya untuk berpuasa.

Meski mendapatkan kritik, sekolah mengklaim cara ini dianjurkan dengan mempertimbangkan kesehatan.

Mereka mengklaim hukum Islam tidak mewajibkan seorang anak untuk ikut berpuasa, sehingga langkah sekolah melarang siswa berpuasa adalah sesuai dengan hukum Islam.

Meski mengundang berbagai kritik, sekolah mengklaim memaksakan anak berpuasa pada musim panas yang sangat panjang dapat menganggu kesehatan, meski musim panas di Inggris cukup sejuk dibandingkan di Indonesia.

“Saya tidak memaksa anak saya untuk puasa, namun Shaun (14) yang ingin menjalani ibadah puasa,” ujar Dian Pangestuti Neilson menanggapi kontroversi mewajibkan puasa pada anak-anak sekolah.

Ibu muda tiga putra yang masih usia sekolah dasar itu mengatakan hal itu menanggapi berita larangan anak-anak untuk berpuasa di Sekolah Dasar Barclay di Leyton di London Timur dengan alasan anak-anak yang belum mencapai baligh (puber) tidak diwajibkan untuk berpuasa.

Tetapi alangkah baiknya untuk anak-anak Muslim dapat dilatih berpuasa sewaktu masih muda, ujar Dian, istri James Neilson yang bekerja di state agent.

“Untuk anak-anak yang sekolah di year 6, yang berumur sekitar 10-11 tahun, dapat ikut bangun sahur dan berpuasa, dan ketika jam makan siang di sekolah dapat berbuka lalu meneruskan puasa semampu,” katanya.

Dian yang telah menetap di Inggris itu menyarankan bagaimanapun juga alangkah baiknya pihak sekolah untuk mengadakan rapat dengan para orang tua Muslim perihal puasa ini, sebelum surat edaran tentang puasa itu dibuat, agar sekolah mengerti, apa yang biasanya dilakukan anak-anak Muslim selama bulan Ramadhan.

Yang pasti, katanya, dengan edaran surat tersebut, para orang tua merasa bahwa keinginan-keinginan mereka kepada anak-anaknya diambil alih oleh sekolah, dalam arti lain sekolah mengambil-alih kontrol kepada anak-anak mereka.

“Saya dapat mengerti kekhawatiran sekolah akan aturan ‘health and safety issue’ bahwa puasa tahun ini yang cukup panjang selama 19 jam dapat membahayakan kesehatan anak. Tetapi sangat jelas, bahwa di sini adanya kurang pengertian dari pihak sekolah,” ujarnya.

Dian Neilson juga mengungkapkan media sering menyajikan berita secara bombatis agar orang tertarik untuk membacanya.

Padahal, surat edaran perihal puasa tersebut yang dibuat pihak sekolah dibuat dua halaman, pada halaman kedua berisi bahwa orang tua yang berkeinginan anaknya untuk berpuasa untuk menghadap kepala sekolah, dalam arti bahwa akan terjadi komunikasi antara orang tua dan kepala sekolah untuk mendiskusikan perihal puasa ini.

“Jadi, menurut saya, surat edaran tersebut bukan sepenuhnya pelarangan puasa kepada anak-anak di sekolah tersebut,” demikian Dian Neilson.

Bulan Ramadhan yang jatuh pada musim panas, menyebabkan umat Muslim di Inggris baru akan berbuka puasa dan Shalat Maghrib pada pukul 21.25 waktu setempat, sementara Sholat Tarawih dilakukan setelah Shalat Isya sekitar pukul 23.00 waktu setempat, lalu imsak pukul 02.45 dini hari.

Sementara itu, BBC London melaporkan dari beberapa warga Inggris yang ditemui mengatakan mereka tetap akan berpuasa dan tidak akan mengurangi waktu puasa mereka.

“Ini merupakan waktu yang tepat untuk melakukan kebaikan,” kata seorang warga Inggris kepada Wartawan BBC Ben Godfrey.

Sementara itu, seorang warga Inggris yang berprofesi sebagai dokter di Shropshire, Dr Waseem Aslam, mengatakan berpuasa dari mulai terbit fajar sampai matahari tenggelam juga bermanfaat bagi kesehatan.

“Anda harus mengerti, Anda tidak harus berpuasa selama 24 jam, dan bagi saya yang berprofesi sebagai dokter harus tetap melakukan pekerjaan saya dalam kondisi kesehatan fisik dan mental yang baik,” jelas Dr Waseem Aslam.

Abdullah Saif dari Asosiasi Muslim Inggris mengatakan pengecualian untuk berpuasa hanya bagi mereka yang hamil, menyusui, sakit dan mereka yang melakukan perjalanan.

Sementara itu dosen di Universitas Gajah Mada, Yogjakarta Susi Dyanti, yang pernah kuliah di Essex University, mengakui kangen dengan suasana puasa di Inggris.

“Aku rindu puasa panjang yang dirasakan lebih ringan daripada di Indonesia yang 12 jam karena hawa yang sejuk meskipun musim panas, ketimbang di Indonesia yang panasnya terik menyengat,” demikian Susi yang sering melakukan riset di almamaternya Essex University.

Artikel ini ditulis oleh: