Wakil Presiden RI Jusuf Kalla (kanan) berjabat tangan dengan Ketua Umum Partai Golkar versi Munas Bali Aburizal Bakrie (kedua kanan), Ketua Umum Partai Golkar versi Munas Ancol Agung Laksono (kiri) dan Menko Polhukam Luhut Binsar Pandjaitan usai acara Syukuran dan Silaturahmi Nasional Partai Golkar di Jakarta, Minggu (1/11). Silaturahmi nasional itu diharapkan menjadi awal bersatunya Partai Golkar sekaligus dalam rangka persiapan menghadapi pilkada serentak. ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/foc/15.

Jakarta, Aktual.com — Pengamat Politik Universitas Al-Azhar Rahmat Bagja menilai Partai Golkar akan tetap di dalam Koalisi Merah Putih (KMP) meski dua kubu yakni kubu Aburizal Bakrie (Ical) dan Agung Laksono sudah bersatu.

“Tetap ikut pak Ical di KMP. Karena Golkar dan KMP terlalu dekat,” ujar Rahmat Bagja di DPR, Senayan, Jakarta, Senin (2/11).

Menurutnya, setelah kondisi Ical dan Agung mencair, jarak antara Golkar dan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) akan menjadi lebih dekat. Dalam arti meski KMP adalah koalisi penyeimbang jalannya pemerintahan namun posisi Golkar nantinya juga akan dekat dengan pemerintah.

“Tapi Golkar ke JK juga tidak terlalu jauh,” katanya

Selain itu, Bagja juga menilai, Golkar masih menjadi penentu di KMP. Hal itu dapat dilihat ketika DPR mengesahkan APBN 2016. Saat ini di KMP hanya Gerindra yang menolak namun pada akhirnya menerima pengesehan APBN tersebut.

“Golkar di KMP itu jadi leading. APBN, Golkar sudah mempengaruhi teman-teman KMP. Kan tadinya Gerindra menolak. Penentunya btetap golkar yang ke depan,” tandasnya

Artikel ini ditulis oleh: