Jakarta, Aktual.com – Elektabilitas Joko Widodo sebagai kandidat kuat calon presiden (Capres) pada Pemilu 2019, justru cenderung melambat pada 2017. Padahal, sekurang-kurangnya sudah empat partai politik yang mendeklarasikan dukungannya terhadap Jokowi untuk Pilpres dua tahun mendatang.

Hal itu diungkapkan oleh Direktur Eksekutif Lingkar Madani (Lima) Ray Rangkuti dalam diskusi bertajuk ‘Tutup Tahun 2017, Jemput Tahun Politik 2018: Akankah Politik SARA Terus Berlangsung?’ di Jakarta, Selasa (26/12).

Empat parpol yang telah resmi mendeklarasikan Jokowi antara lain PPP, Nasdem, Golkar dan Hanura. Meskipun demikian, tingkat elektabilitas Jokowi masih di kisaran angka 40-50 persen.

“Kalau dilihat dukungan yang sudah fix dari empat Parpol rasanya kenaikan (elektabilitas Jokowi) ini agak lambat sekali. Konsolidasi politik partai pendukung Pemerintah udah dilakukan, minus PDIP. Bahkan cenderung tak ada gangguan dari luar oposisi. Tapi secara elektoral ini lambat bergeraknya,” jelas Ray.

Menurut Ray, penyebab elektabilitas Jokowi stagnan adalah isu SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antar Golongan) yang terus dimainkan oposisi untuk menjatuhkannya.

“Lambatnya elektabilitas Jokowi ini karena imbas dari politik SARA. Seperti Jokowi bagian dari komunis, Jokowi memiliki orientasi perekonomian China,” ujarnya.

Sama dengan, Jokowi, Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto yang digadang-gadang maju kembali sebagai kompetitor Jokowi juga dinilai memiliki elektabilitas yang stagnan yang tidak naik dan tidak turun.

Sehingga jika dia ingin menjadi pesaing Jokowi harus segera menyatakan sikapnya untuk maju di Pilpres nanti. Bahkan dia menyarankan agar tahun 2018 Prabowo harus sudah menentukan nama siapa yang nanti akan menjadi kompetitor Jokowi.

“2018 sebaiknya nama kompetitor harus dipastikan oleh oposisi. Apakah prabowo lagi atau Gerindra punya keinginan yang lebih revolusioner tidak maju dan mencalonkan tokoh lain. Kalau 2019 saya kira agak telat ya kalo mau deklarasi,” katanya

“Yang jelas harus segera mencari lawan tanding (untuk Jokowi) yang mumpuni,” sambungnya.

Ray berspekulasi tentang munculnya nama Panglima TNI Gatot Nurmantyo yang berpotensi menjadi calon rival terkuat Jokowi.

“Mantan panglima TNI, yang boleh jadi Pilpres 2019 non pendukung Jokowi akan memperlambat mereka mendorong nama yang akan menjadi pesaing utama pak Jokowi,” pungkasnya.

 

Teuku Wildan

Artikel ini ditulis oleh:

Teuku Wildan