Meskipun berbagai telah dilancarkan, WHO masih memperingatkan mengenai tantangan lain, sebab banjir dan tanah longsor pada musim penghujan saat ini terus membuat orang mengungsi dan mempengaruhi fungsi instalasi kesehatan. Penduduk Rohingya juga enggan untuk mengakses layanan kesehatan reproduksi dan seksual, dan akibatnya, 70 persen kelahiran masih berlangsung di luar instalasi kesehatan.

Tantangan terbesar ialah keperluan untuk lebih meningkatkan layanan guna memenuhi keperluan kesehatan yang rumit, berkembang dan jangka panjang, di tengah kekurangan dana yang bisa memutar-balikkan prestasi dan kemajuan yang sejauh ini dicapai.

WHO berusaha memperoleh 16,5 juta dolar AS untuk terus mendukung reaksi bagi Rohingya, sebagai bagian dari 113,1 juta dolar yang dimintanya dari semua mitra kesehatan berdasarkan Rencana Tanggap Gabungan sampai Maret 2019.

“Kami perlu terus mendukung keperluan kesehatan buat warga yang rentan ini dan tetap waspada terhadap penyebaran penyakit. Ini adalah situasi yang masih sangat rentan,” kata Dr. Peter Salama, Wakil Direktur Jenderal WHO bagi Reaksi dan Kesiapan Darurat.

Artikel ini ditulis oleh:

Antara