Puluhan petani rembang mendirikan tenda di depan Istana Merdeka sebagai bentuk perlawanan terhadap pembangunan pabrik semen di wilayahnya, Jakarta, Selasa (26/7/2016). Dalam aksinya para petani Rembang menamakan aksinya "Tenda Perjuangan" sebagai penolakan adanya tambang dan pabrik semen di Pegunungan Kendeng, Jawa Tengah.

Jakarta, Aktual.com – Pembangunan Pabrik Semen Gresik (Semen Indonesia Group) di Rembang, Jawa Tengah, kini sudah mencapai 94,4 persen atau hampir 100 persen target penyelesaian akhir tahun ini.

“Progresnya sudah 94,4 persen dari rencana 97 persen. Namun, Q4 (kuartal empat) ini kami siap lakukan uji coba,” kata Head of Engineering and COnstruction PT Semen Gresik Heru Indra Wijayanto di Rembang, Senin (22/8).

Menurut dia, pembangunan pabrik semen yang berkapasitas produksi 3 juta ton semen/tahun itu sudah berjalan selama 31 bulan dan dikonsep dengan teknologi paling modern dari seluruh pabrik Semen Indonesia.

Ia menjelaskan desainnya dirancang oleh 100 persen ahli dari Indonesia dengan penggunaan peralatan yang mayoritas produk lokal, yakni sebesar 80,12 persen, sementara produk impor hanya 19,88 persennya.

“Untuk beberapa peralatan memang harus diimpor, yakni yang memiliki diameter besar dengan tingkat presisi yang tinggi. Di antaranya ‘kiln girt gear’, ‘kiln tire’, dan ‘raw mill table’,” katanya.

Namun, kata dia, untuk bahan “steel” (baja) seluruhnya hasil manufaktur lokal, seperti struktur “mix storage”, “central storage”, “packing building”, “clay storage”, sampai konstruksi “cemen mill”.

Demikian pula dengan serapan tenaga kerja, kata Heru, keterlibatan warga yang tinggal di ring I, yakni lokasi permukiman terdekat dengan pabrik sangat besar dengan jumlah sebanyak 1.079 orang.

Setidaknya ada lima desa yang termasuk dalam ring I Pabrik Semen Gresik di Rembang, yakni di Desa Tegaldowo, Timbrangan, Pasucen, dan Kajar (Kecamatan Gunem), kemudian Desa Kadiwono (Kecamatan Bulu).

Sementara itu, Roy Budi Setiawan selaku Manager Project Control untuk pembangunan pabrik semen di Rembang menambahkan keterserapan tenaga kerja juga besar setelah pengoperasian pabrik tersebut.

“Kami akan memberdayakan warga sekitar untuk berbagai posisi, seperti sopir truk material sebanyak 500 orang, ‘driver’ Semen Gresik 15 orang, petugas keamanan 120 orang, dan sebagainya,” katanya.

Hasil dari pemetaan kebutuhan tenaga kerja, kata dia, setidaknya total 825 tenaga kerja dari warga lokal akan diberdayakan untuk pengoperasian Pabrik Semen Gresik di Rembang tersebut.

Belum lagi, lanjut dia, “multiplier effect” dari keberadaan pabrik tersebut nantinya bagi warga sekitar, seperti peluang membuka indekost, kantin, tenaga kerja dari rekanan, dan sebagainya,” katanya.

Yang jelas, kata dia, pihaknya optimistis pembangunan pabrik semen berpelat merah yang menelan investasi sekitar Rp4,45 triliun itu segera rampung dan siap untuk diuji coba pada September 2016.

Namun, Mantan Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD) Tegaldowo Dwi Joko Supriyanto, mengakui ada sejumlah orang, di antaranya warga yang tinggal di ring I yang kurang sepaham dengan pendirian pabrik itu sehingga melakukan aksi penolakan sampai ke Istana Negara, Jakarta.

“Kalau boleh ngomong, dari yang 10 orang melakukan aksi sampai ke Jakarta itu tidak semuanya warga sini (ring I, red.). Yang warga Tegaldowo hanya dua orang, dan empat orang dari Desa Timbrangan,” katanya.

Artikel ini ditulis oleh:

Antara
Eka