Jakarta, Aktual.com – Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar mengatakan akan melakukan impor gas alam cair (Liquifed Natural Gas/LNG) dari Singapura untuk kebutuhan beberapa pembangkit di Indonesia.

Menurutnya kebijakan ini diambil atas pertimbangan harga gas impor yang didapat melalui perusahaan Keppel Offshore & Marine relatif lebih murah sekita USD 3,8 per MMBTU.

“Kita impor boleh saja kalau murah untuk industri kita. Nah mereka menawarkan harganya lebih murah,” kata Luhut di Jakarta, ditulis Selasa (22/8).

Kemudian yang menjadi pertanyaan atas urgensi kebijakan impor ini adalah diketahui bahwa persediaan gas dalam negeri melebihi kebutuhan konsumen, namun Luhut bersikeras untuk impor dengan alasan gas dalam negeri lebih mahal dan membebankan biaya pokok produksi (BPP) PLN.

“Kalau dapat harga yang lebuh murah (lebih baik impor). Saya kan pedagang, sama mau cari yang lebih murah,” pungkas luhut.

Untuk diingat, pada acara Gas Indonesia Summit 2017 di Jakarta Convention Centre bulan lalu, Pemerintah memperkirakan tidak perlu melakukan impor gas hingga pada tahun 2019 karena adanya tambahan produksi dari Lapangan Jangkrik yang dikelola oleh ENI. Produksi gas juga akan meningkat apabila Lapangan Tangguh Train 3 dan Blok Masela juga berproduksi sesuai rencana.

Berdasarkan data Neraca Gas Bumi Indonesia, memang sebelumnya diperkirakan Indonesia perlu melakukan impor gas pada tahun 2019. Namun setelah dilakukan update, ternyata terjadi penurunan kebutuhan karena program kelistrikan 35.000 MW yang belum rampung serta adanya peningkatan produksi dari Lapangan Jangkrik yang dikelola ENI yang semula 450 MMSCFD, dapat ditingkatkan menjadi 600 MMSCFD.

“Lapangan Jangkrik ini maju kan (produksinya), ternyata bagus (hasilnya). Yang tadinya didesain 400 sampai 450 MMSCFD, pas dites bisa sampai 600 MMSCFD. Jadi kemungkinan besar 2019 tidak perlu impor,” kata Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi IGN Wiratmaja Puja pada waktu itu.

“Tambahan produksi gas lainnya, berasal dari Tangguh Train 3 tahun 2020 yang membuat pasokan gas Indonesia tetap aman. “2020, begitu Tangguh Train 3, masuk nggak perlu impor lagi,” ujarnya.

Produksi kembali bertambah apabila Blok Masela berproduksi tahun 2025-2027

(Reporter: Dadangsah Dapunta)

Artikel ini ditulis oleh:

Dadangsah Dapunta
Eka