Jakarta, Aktual.co — Arab Saudi, pengekspor minyak mentah terbesar di dunia, Kamis (25/12), mengumumkan anggaran 2015 dengan sebuah defisit besar senilai USD38,6 miliar karena penurunan tajam harga minyak, tetapi masih meningkatkan belanjanya.
Sebuah pernyataan yang dibacakan di televisi milik negara mengatakan belanja untuk 2015 diproyeksikan sebesar 860 miliar riyal (sekitar USD229,3 miliar) dan pendapatan di 715 miliar riyal (sekitar USD190,7 miliar).
Belanja diproyeksikan sedikit lebih tinggi dari 855 miliar riyal yang direncanakan untuk tahun ini, namun penerimaannya 140 miliar riyal lebih rendah dari perkiraan untuk 2014, kata pernyataan itu setelah sidang kabinet yang dipimpin oleh Putra Mahkota Salman bin Abdulaziz.
Defisit anggaran adalah defisit pertama yang diproyeksikan oleh anggota utama OPEC itu sejak 2011 dan terbesar yang pernah terjadi untuk kerajaan tersebut.
Selama dekade terakhir, Arab Saudi memproyeksikan anggaran lebih besar dari perkiraan lebih dari 20 persen dan jika tren ini dipertahankan pada tahun depan, defisitnya akan jauh lebih tinggi.
Harga minyak, yang memberikan kontribusi lebih dari 90 persen dari pendapatan Arab Saudi, telah kehilangan sekitar setengah dari nilainya sejak Juni karena produksi berlimpah, permintaan global melemah dan dolar AS lebih kuat.
Menteri Keuangan Saudi Ibrahim al-Assaf mengatakan bulan ini bahwa Riyadh akan melanjutkab belanja publik besar-besaran meskipun harga minyak mengalami penurunan tajam.
Assaf mengatakan anggaran datang selama kondisi ekonomi global “menantang” namun cadangan yang dibangun selama bertahun-tahun telah memberikan Arab Saudi “kedalaman dan garis pertahanan yang berguna pada saat dibutuhkan”.
Dalam dekrit penerbitan anggaran baru kerajaan, Raja Abdullah menyerukan “rasionalisasi belanja” dan “pelaksanaan anggaran akurat serta efisien”.
“Anda menyadari perlambatan pertumbuhan ekonomi global dan peristiwa di pasar minyak bumi yang menyebabkan penurunan tajam harga minyak,” kata pernyataan mengutip perkataan raja.
Jika harga minyak tetap pada tingkat saat ini sekitar USD60 dolar per barel untuk patokan minyak mentah Brent, Arab Saudi diperkirakan akan kehilangan setengah dari pendapatan minyaknya USD276 miliar yang dibukukan pada 2013.
Tidak ada angka yang disediakan untuk hasil anggaran tahun ini.
Dana Moneter Internasional (IMF) telah memperingatkan bahwa karena penurunan harga minyak, Arab Saudi akan mengalami defisit anggaran pada tahun ini.
Namun kerajaan kaya, yang memompa sekitar 9,6 juta barel minyak per hari, dapat dengan mudah memanfaatkan penyangga fiskalnya yang besar, diperkirakan mencapai USD750 miliar, untuk menutupi defisit anggaran.
Raja Abdullah menyetujui menteri keuangan untuk menarik “cadangan” guna menutupi defisit atau melalui pinjaman.
Lembaga pemeringkat Standard and Poor’s menurunkan prospek untuk Arab Saudi menjadi stabil dari positif, menyusul penurunan harga minyak.
Tetapi S&P juga menegaskan peringkat tertingginya untuk Riyadh karena “posisi eksternal dan fiskal kuat” telah dibangun dalam sepuluh tahun terakhir.
Artikel ini ditulis oleh: