Selain itu, lanjut Hanik, BPPTKG juga tidak mendeteksi adanya deformasi berdasarkan hasil pengamatan dari “electronic distance measure” (EDM) yang ditempatkan maupun dari GPS.

Sebelumnya, terjadi letusan freatik dengan interval yang hampir sama yaitu tujuh hingga delapan jam. Dimulai pada Senin (21/5) pukul 01.25 WIB, berulang pukul 09.38 WIB dan disusul letusan pada 17.50 WIB serta kembali terjadi letusan pada Selasa (22/5) pukul 01.47 WIB.

“Sekarang, sudah tenang kembali. Tetapi masyarakat tetap harus waspada,” katanya.

Sementara itu, Staf Ahli Geologi BPPTKG Dewi Sri mengatakan, salah satu indikator munculnya pergerakan magma di Gunung Merapi adalah munculnya api diam atau bara.

“Sejak terjadi erupsi freatik akhir-akhir ini, bara tersebut belum terlihat. Sedangkan tekanan gas yang muncul bisa saja disebabkan dari sisa-sisa proses penguapan. Namun, perlu dilihat secara jelas dari hasil pengecekan laboratorium,” ujarnya.

Kondisi yang saat ini terjadi di Gunung Merapi, lanjut dia, hampir sama seperti kondisi yang terjadi pascaletusan besar pada 1872. BPPTKG mengkategorikan letusan 2010 hampir sama seperti letusan 1872.