Oleh: Abdullah
Jakarta, aktual.com – Syekh Abdul Qadir Al-Jaelani Rahimahullah adalah seorang wali masyhur pada zamannya hingga kini, ia terkenal akan segudang keramatnya. Lantas apakah itu keramat (karamah)? Dalam Bahasa Arab al-Karamah yang memiliki arti; kehormatan, kemuliaan. Adalah kejadian luar biasa diluar akal dan kemampuan manusia biasa yang terjadi pada di seorang Wali.
Kefaqihan dan kealimannya membuat ia terlepas dari fitnah Iblis Suatu ketika sang wali Allah, Syekh Abdul Qadir Al-Jaelani sedang safar atau melakukan perjalanan. Saat itu cuaca sangat panas sekali akibat terik matahari yang memancar.
Tiba-tiba ada segerombolan awan yang menaungi Syekh Abdul Qadir Al-Jaelani dan menghalangi antara terik matahari dengan kepalanya. Tidak lama kemudian ada suara yang berasal dari awan yang baru saja menaungi Syekh Abdul Qadir Al-Jaelani. Suara itu terus menggema dan terdengar begitu jelas.
“Aku adalah tuhanmu,” kata suara asing itu kepada sosok yang dikenal sebagai Sulthonul Auliya atau rajanya para wali tersebut.
Syekh Abdul Qadir Al-Jaelani pun melihat ke arah langit dan mengatakan apakah suara itu adalah Allah SWT yang tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Dia. Kemudian suara asing itu menjawab bahwa ia adalah Allah, Tuhan Syekh Abdul Qadir Al-Jaelani yang selama ini disembahnya. Suara asing itu kemudian melanjutkan apa yang dikatakan,
“Ya Abdul Qadir aku tuhanmu, aku telah halalkan yang sebelumnya aku haramkan kepadamu, semua manusia haram lakukan ini tetapi kau halal,”.
Suara asing itu juga mengatakan semua manusia haram meminum khamar, sedangkan Syekh Abdul Qadir Al-Jaelani halal meminumnya. Kemudian semua manusia haram berzina, sementara Syekh Abdul Qadir Al-Jaelani halal melakukannya. Mendengar ucapan itu dengan tegas Syekh Abdul Qadir Al-Jaelani menjawab,
“wahai musuh Allah engkau bukan Tuhanku, engkau adalah iblis yang mengaku tuhan,” ucapnya.
Tiba-tiba awan hitam itu langsung terpecah dan menghilang. Dari situlah kemudian muncul kembali suara asing dari langit.
Kali ini iblis menampakkan wujudnya secara terang-terangan tidak lagi menjelma sebagai awan hitam di langit. Iblis pun mengatakan bahwa Syekh Abdul Qadir Al-Jaelani berhasil selamat dari godaan sang setan karena kecerdasan fiqih dan ilmu agama yang dimiliki. Raja iblis itu juga mengatakan sebelum menguji sang syekh, dia telah menguji 70 orang dari kalangan ulama.
“Mereka terkena fitnah aku kecuali engkau,” kata iblis.
Syekh Abdul Qadir Al-Jaelani pun menjawab tidak ada yang berhak menghalalkan dan tidak ada yang berhak mengharamkan setelah Nabi Muhammad SAW tiada. Akhirnya iblis pun pergi meninggalkan Syekh Abdul Qadir Al-Jaelani karena gagal mengelabuhi sang wali Allah SWT. Sementara Syekh Abdul Qadir Al-Jaelani kembali melanjutkan perjalanan yang masih harus ditempuhnya untuk sampai ke tempat tujuan. Demikian kisah teladan dari Sulthanul Auliya, rajanya para wali itu.
Syekh Muhammad Danial Nafis dalam suatu ceramahnya mengatakan “Syari’at dan hakikat keduanya tidak dapat dipisahkan, Barang siapa (mempelajari) ilmu tasawuf, namun tidak mempelajari ilmu fiqih (syariat), maka akan berpotensi menjadi orang zindiq, barang siapa yang belajar fiqih tanpa mempelajari tasawuf, maka cenderung akan menjadi orang fasiq. Dan barang siapa yang mempelajari keduanya, maka dialah ahli hakikat yang sesungguhnya,”.
Maka hikmah dari kisah ini yang dapat dipetik ialah semoga kita sanggup menirunya baik dzohir dan batin, juga dapat meneladani Syekh Abdul Qadir Al-Jaelani yang dengan kematangan antara Fiqh dan Tasawwufnya, ia dapat membedakan antara yang haq dan batil.
Artikel ini ditulis oleh:
Rizky Zulkarnain