Petugas Bank Mandiri menunjukkan pecahan uang rupiah dan dollar Amerika Serikat di Jakarta, Jumat (18/3). Nilai tukar rupiah melanjutkan penguatannya dengan terapresiasi 0,27 persen atau 35 poin ke level Rp13.040 per dolar AS pada pembukaan perdagangan Jumat (18/3). ANTARA FOTO/Widodo S. Jusuf/nz/16.

Jakarta, Aktual.com – Pada perdagangan kemarin nilai tukar mata uang rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (USD) mengalami apresiasi terbatas. Namun pada perdagangan hari ini, sepertinya masih cukup berat untuk mengulang keadaan kemarin.

Analis PT NH Korindo Securities, Reza Priyambada mengungkapkan sentimen kenaikan suku bunga The Fed masih terus membayangi laju rupiah dalam jangka pendek ini.

“Belum adanya petunjuk tambahan mengenai potensi kenaikan suku bunga AS itu masih menjadi faktor penahan apresiasi mata uang berisiko, termasuk rupiah,” jelas Reza, dalam daily analysis-nya, Kamis (13/10).

Kata Reza, kemarin laju rupiah ditutup menguat terbatas untuk memanfaatkan momentum pelemahan terbatas yang terjadi pada USD Indeks. Dengan kondisi tersebut, memang laju rupiah cenderung stabil untuk setidaknya berada di area 12.900-an dalam jangka pendek.

“Akan tetapi, kondisi itu terjadi selama tidak ada sentiment negatif yang mampu menekan laju rupiah,” tegasnya.

Dengan begitu, level rupport rupiah akan berada di rentang13.065, sedang tingkat resisten rupiah akan ada di kisaran 12.980. Apalagi memang, di tengah pelemahan USD Indeks dan penguatan poundsterling, kata Reza, mestinya rupiah bisa mengambil momentum tersebutn

Nilai tukar poundsterling masih perkasa terhadap USD. Bahkan penguatannya menuju ke level paling perkasa dalam dua bulan terakhir.

“Kenaikan kemarin merupakan yang terbesar sejak 16 Agustus lalu,” jelas dia.

Sementara, jika berhadapan dengan euro, pound menguat 1,3% menjadi 0,90 per euro. Penguatan pound ini dipengaruhi oleh langkah Perdana Menteri Inggris Theresa May yang setuju bahwa Parlemen Inggris harus dipersilakan melakukan voting atas rencananya terkait Brexit.

Sebelumnya, Reza menegaskan, sentimen dari pelemahan sejumlah harga komoditas dan laju mata uang Asia setelah laju pound tak mampu mengalami kenaikan, telah membuat laju rupiah kembali berpotensi mengalami pelemahan.

“Laju rupiah diperkirakan masih akanĀ  sideways dengan adanya potensi pelemahan. Makanya, pelaku pasar tetap harus waspadai sentimen yang ada,” pungkas Reza.

(Busthomi)

Artikel ini ditulis oleh:

Eka