Jakarta, aktual.com – Perusahaan teknologi raksasa, Microsoft, menjadi sorotan setelah melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) besar-besaran selama tahun fiskal 2023, yang berdampak pada ribuan karyawan. Laporan dari Gizchina, Sabtu (29/7/2023), menyebutkan bahwa PHK ini telah memecahkan rekor Microsoft sebelumnya dan berpengaruh besar pada berbagai departemen di dalam perusahaan.
Meskipun Microsoft telah menjadi pemain utama di industri teknologi selama beberapa dekade, perusahaan ini menghadapi sejumlah tantangan dan harus membuat keputusan strategis untuk memastikan keberhasilan jangka panjangnya. Salah satu keputusan tersebut adalah melakukan PHK terhadap 11 ribu staf selama tahun fiskal 2023.
Putaran Pertama PHK terjadi pada Januari 2023, di mana CEO Microsoft, Satya Nadella, mengumumkan pemangkasan 10 ribu pekerjaan, yang kurang dari lima persen dari total staf perusahaan. Alasan di balik PHK ini adalah untuk mengurangi biaya dan meningkatkan efisiensi operasional.
Putaran Kedua PHK terjadi pada Juli 2023, ketika tahun fiskal baru dimulai. Kali ini, Microsoft memutuskan hubungan kerja dengan 1.000 orang, terutama di departemen layanan pelanggan, dukungan, dan tim penjualan.
Dalam upaya berkelanjutan untuk mengoptimalkan operasinya dan menyelaraskan jumlah staf dengan tujuan strategis, sekitar 300 karyawan di layanan pelanggan dan tim pendukung juga terkena dampak PHK ini.
Pemutusan hubungan kerja terhadap ribuan karyawan di divisi penjualan dan layanan pelanggan Microsoft memicu kekhawatiran luas di seluruh industri. Laporan menyebutkan bahwa perusahaan bahkan telah sepenuhnya membatalkan posisi manajer solusi pelanggan, dan mayoritas dari mereka yang terkena dampak PHK ini telah diberhentikan dari perusahaan.
Keputusan PHK ini menunjukkan langkah strategis Microsoft untuk menghadapi tantangan bisnis dan mencapai efisiensi yang lebih baik, namun juga menimbulkan pertanyaan dan keprihatinan tentang dampaknya pada karyawan dan industri teknologi secara keseluruhan.
Artikel ini ditulis oleh: