Jakarta, Aktual.co — Sedikitnya 12 peserta Beasiswa Seni dan Budaya Indonesia (BSBI) dari 12 negara memilih Kota Surabaya sebagai tempat kunjungan karena memiliki dinamika seni dan budaya yang cukup unik.
“Karakteristik tarinya pun mempunyai warna tersendiri khas Jawa Timur, apalagi ragam kuliner khas-nya juga menggugah selera,” kata Kepala Seksi Kerja Sama Antar-Lembaga, Dirjen Diplomasi Publik, Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Meylia Wulandari di Balai Kota Surabaya, Selasa (10/3).
Menurut dia, 12 peserta BSBI datang dari 12 negara berbeda, di antaranya Filipina, Thailand, Korsel, Vietnam, Serbia, Papua Nugini, Slovakia, Polandia, Jerman, Selandia Baru, Fiji, dan Indonesia.
Meylia mengatakan BSBI merupakan program tahunan dari Kemenlu yang sudah ada sejak 2003. Selama 13 tahun berjalan, program ini sudah menghasilkan 588 alumni dari 58 negara.
Menariknya, setelah lulus, para alumni tersebut selalu membuat testimoni yang baik, sehingga dapat dijadikan alat diplomasi guna mempromosikan seni dan budaya Indonesia di luar negeri.
“Harapannya, mereka (para peserta BSBI), tidak hanya belajar seni dan budaya, tetapi juga bahasa, kearifan lokal, kulinari serta sisi-sisi positif berupa norma yang berkembang di masyarakat kita,” katanya.
Apalagi, lanjut dia, dengan tema tahun ini yakni, ASEAN Community 2015, maka ada substansi tambahan yang diajarkan, yaitu nilai-nilai ekonomi masyarakat, kehidupan toleransi beragama serta gotong royong.
Ia mengatakan selama tiga bulan di Surabaya, para peserta program BSBI akan menampilkan apa yang dipelajari dalam sebuah event bernama Indonesia Channel (Inchan).
Tahun ini, event tersebut dihelat di Bandung. Sebelumnya, pada 2010 dan 2013, Surabaya sempat menjadi tuan rumah pagelaran Inchan tersebut.
Saat menerima kunjungan para peserta BSBI, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengatakan Surabaya kaya akan nilai budaya dan kearifan lokal.
Untuk itu, dia ingin para pemuda BSBI mengenal seni dan tradisi Surabaya sehingga lebih paham akan nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya.
Pada kesempatan itu, ia juga menantang para peserta BSBI belajar tarian tradisional dengan tingkat kesulitan tinggi. Hal ini karena pada penyelenggaraan Inchan sebelumnya, Risma mengaku terkesima oleh aksi para peserta BSBI.
“Jangan beri (tarian) yang mudah-mudah. Beri saja yang sulit. Saya tahu kapabilitas mereka. Pasti bisa. Tahun lalu saja, saya melihat pertunjukan itu dan saya tahu itu tarian sulit. Saat SD, saya ini juara tari tradisional. Jadi bisa membedakan mana tarian sulit dan mana yang tidak,” katanya.
Mendapat tantangan dari wali kota, Michael K. Thomas, salah satu peserta BSBI asal Selandia Baru mengaku semakin tidak sabar mempelajari seni khas Surabaya.
Kendati pertama kali menginjakkan kaki di Surabaya, dia tidak mengalami kendala serius dalam penyesuaian kultur. Dengan demikian, Michael mengaku siap menimba ilmu sebaik-baiknya.
“Sebagai seorang yang pertama kali tiba di Surabaya, saya belum tahu banyak tentang budaya di sini. Tapi, saya punya ketertarikan pada tari dan musik tradisional, karenanya belajar bermain gamelan akan sangat menarik,” tutur pemuda 21 tahun ini dalam Bahasa Inggris.
Artikel ini ditulis oleh: