Istana Kepresidenan Suriah yang dibombardir IDF - foto tangkapan layar video Al Jazeera via X

Damaskus, Aktual.com – Pasukan Pertahanan Israel (IDF) melancarkan  serangan  di dekat Istana Kepresidenan Suriah di Ibu Kota Damaskus, dan menargetkan markas militer pemerintah Suriah di Damaskus, pada Rabu (16/7), waktu setempat. Media pemerintah Suriah melaporkan sejumlah orang  terluka dalam serangan tersebut.

Sementara Kementerian Kesehatan Suriah mengatakan tiga orang tewas dan 34 orang terluka dalam serangan Israel di pusat Kota Damaskus itu. Segera setelah serangan IDF ke Damaskus, Kementerian Dalam Negeri Suriah dan para pemimpin Druze mengumumkan perjanjian gencatan senjata baru.

Dilansir dari Long War Journal, serangan udara dari jet-jet tempur IDF terjadi setelah beberapa hari meningkatnya bentrokan di Kegubernuran Suwayda di Suriah selatan, yang merupakan rumah bagi minoritas Druze di negara itu. Para pejabat Israel  telah berulang kali memperingatkan  pemerintah Suriah bahwa IDF akan bertindak untuk melindungi warga Druze jika pertempuran tidak dihentikan.

Israel menyatakan intervensi mereka dilakukan untuk membela sekte minoritas Druze di barat daya Suriah, yang komunitasnya berbatasan dengan Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel. Pasukan pemerintah Suriah telah bergabung dengan milisi Badui dalam bentrokan dengan kelompok bersenjata Druze di Kota Sweida, Suriah selatan.

Untuk diketahui, Druze atau Arab Druze adalah kelompok etno religius esoterik berbahasa Arab dari Asia Barat yang menganut agama Druze, sebuah agama Abrahamik, monoteistik, sinkretis, dan etnis berdasarkan ajaran Hamzah bin Ali bin Ahmad dan filsuf Yunani Kuno seperti Plato, Aristoteles, Pythagoras, dan Zenon dari Kition.

Pada Rabu (16/7), IDF menyatakan bahwa mereka menyerang markas militer rezim Suriah di wilayah Damaskus, Suriah. Laporan media  menggambarkan gedung tersebut sebagai markas besar Kementerian Pertahanan Suriah. Video serangan yang tersebar menunjukkan beberapa ledakan besar tepat setelah tengah hari di kantor Kementerian Pertahanan di pusat kota Damaskus.

Militer Israel menegaskan dalam sebuah pernyataan bahwa ”markas militer di Damaskus adalah lokasi para komandan rezim Suriah mengarahkan operasi tempur dan mengerahkan pasukan rezim ke wilayah As-Suwayda.” IDF juga menyatakan bahwa mereka menyerang ”target militer” di dekat Istana Kepresidenan Suriah.

”IDF terus memantau perkembangan dan tindakan rezim terhadap warga sipil Druze di Suriah selatan. Sesuai arahan dari eselon politik, IDF sedang melancarkan serangan di wilayah tersebut dan tetap siap menghadapi berbagai skenario,” demikian pernyataan militer Israel.

Para politisi Israel dari berbagai spektrum politik telah menyatakan  solidaritas mereka terhadap kaum Druze. Israel sendiri memiliki minoritas Druze yang cukup besar yang tinggal di desa-desa dan kota-kota di Israel utara. Pria Druze bertugas di IDF dan mendapat wajib militer serupa dengan orang Yahudi Israel.

Serangan IDF di Damaskus terjadi dalam konteks meningkatnya keterlibatan Israel di Suriah. Selama enam bulan terakhir, para pejabat Israel telah menyatakan bahwa Yerusalem akan bertindak untuk melindungi kaum Druze di Suriah setelah jatuhnya rezim Bashar al-Assad.

Pada bulan Mei, IDF  menargetkan area di dekat Istana Kepresidenan setelah serangan terhadap kaum Druze terjadi. Perdana Menteri dan Menteri Pertahanan Israel telah berupaya untuk menjaga  demiliterisasi Suriah selatan,  setelah  jatuhnya  rezim Assad. IDF juga telah melakukan  serangan baru-baru ini  terhadap sel-sel yang didukung Iran dan aset militer bekas rezim Assad di Suriah selatan.

Serangan Israel baru-baru ini di Suriah dimulai pada 14 Juli, sehari setelah bentrokan antara suku Druze dan Badui di dekat Kota Suwayda. IDF memulai dengan serangan terhadap tank-tank yang digunakan oleh pasukan pemerintah Suriah, yang menurut militer Israel terlihat bergerak menuju wilayah Suwayda. ”Keberadaan aset-aset (militer) ini di Suriah selatan dapat menimbulkan ancaman bagi Negara Israel,” demikian pernyataan militer Israel.

Pada 15 Juli, ketika bentrokan berlanjut di Suwayda, militer Israel menyatakan : ”Sesuai arahan eselon politik, beberapa waktu lalu, IDF mulai menargetkan kendaraan militer milik pasukan rezim Suriah di wilayah As Suwayda di Suriah selatan.” Beberapa kendaraan terkena serangan, termasuk pengangkut personel lapis baja dan sebuah kendaraan yang memiliki sistem peluncur roket ganda, ungkap IDF.

”Kami berkomitmen untuk menjaga wilayah barat daya Suriah sebagai wilayah demiliterisasi di perbatasan Israel,” tegas Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dalam pidatonya di hadapan tentara Israel, sekaligus menekankan bahwa Israel memiliki kewajiban kepada Druze.

”Saya harap kami tidak membutuhkan operasi lebih lanjut, dan itu sangat bergantung pada apa yang dipahami dan dilakukan, dan apa yang tidak dilakukan, di Damaskus,” kata Netanyahu dalam sebuah pernyataan yang didistribusikan oleh Kantor Pers Pemerintah di Israel.

Pada Selasa (15/7), IDF menyatakan bahwa mereka mulai memfasilitasi pemulangan warga sipil Druze yang menyeberang ke Israel. Rekaman video menunjukkan warga sipil Druze kembali  ke Israel.

Pada Rabu (16/7), IDF mengerahkan pasukan tambahan  ke wilayah perbatasan Golan untuk memperkuat Divisi ke-210 , yang bertanggung jawab mempertahankan perbatasan. Kepala Staf Umum IDF, Eyal Zamir,  mengatakan  bahwa militer Israel akan meningkatkan serangan di Suriah untuk menghentikan serangan terhadap kaum Druze.

”IDF berkomitmen pada aliansi yang erat dengan saudara-saudara Druze kami dan oleh karena itu menyerang target di seluruh Suriah untuk melindungi mereka di wilayah Suwayda, Jabal al-Druze, dan di mana pun diperlukan,” demikian pernyataan militer Israel .

Masih pada Rabu (16/7), pelarian warga Druze yang kacau terjadi di perbatasan Israel, antara Majdal Shams dan Khader. Militer Israel mengatakan bahwa ”para tersangka” berusaha menyusup ke Israel dari Khader bersama warga sipil.  Video-video menunjukkan  orang-orang berusaha menyeberangi perbatasan dengan tergesa-gesa.

Kantor Menteri Pertahanan Israel mengatakan pada Rabu (16/7), Menteri Pertahanan Israel Katz mengunggah video yang menunjukkan serangan udara di Damaskus,  dan mengatakan  bahwa ”pukulan menyakitkan” telah dimulai bagi pemerintah Suriah.

Sementara dilansir dari NPR-Org, sejak milisi Islamis pimpinan Ahmed al-Sharaa alias Abu Mohammed Al Julani menggulingkan Presiden Suriah Bashar al-Assad pada tahun lalu, para pemimpin baru negara itu kesulitan mengonsolidasikan kendali. Serangan balas dendam sektarian yang dilakukan kelompok-kelompok Muslim Sunni terhadap minoritas di negara itu telah meluas. Ratusan warga sipil dari minoritas agama Alawi — sekte yang sama dengan keluarga Assad — telah terbunuh.

Bentrokan di Sweida terjadi setelah penculikan dan serangan bertubi-tubi antara suku Badui Sunni setempat dan faksi bersenjata Druze. Bentrokan tersebut dengan cepat berkobar menjadi bentrokan yang meluas di berbagai desa dan kota di wilayah tersebut, yang mengakibatkan penembakan dan pembakaran rumah-rumah.

Pasukan pemerintah Suriah yang turun tangan untuk memulihkan ketenangan kemudian bentrok dengan Druze. Di tengah pemadaman komunikasi ke wilayah tersebut, banyak warga Druze di luar Sweida panik memikirkan nasib keluarga mereka, dan berusaha ”mengungsi” ke Israel.

Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia, pemantau konflik dan hak asasi yang berpusat di Inggris, mengatakan 260 orang telah tewas di daerah itu hingga Rabu pagi (16/7), termasuk empat anak-anak, lima wanita dan 138 tentara dan pasukan keamanan.

Ahmed al-Sharaa alias Abu Mohammed Al Julani Melarikan Diri

Pemimpin Suriah Ahmed al-Sharaa alias Abu Mohammed Al Julani – foto X

Setelah serangan IDF ke Damaskus, Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir menyatakan bahwa Ahmed al-Sharaa alias Abu Mohammed Al Julani harus dilenyapkan, dengan menganalogikan bahwa ”kepala ular harus dipenggal.”

Dalam sebuah rekaman video yang tersebar, terlihat Itamar Ben-Gvir menyampaikan pesan keras: ”Gambar-gambar mengejutkan dari Suriah. Sekali jihadis, tetap jihadis. Mereka yang membunuh, mencukur kumis, mempermalukan, memperkosa—tak perlu ada negosiasi. Satu-satunya yang bisa dilakukan terhadap Julani adalah melenyapkannya. Saya mencintai kaum Druze Israel dan mengirimkan pelukan hangat kepada mereka. Kita harus memenggal kepala ular itu!”

Sementara dari sebuah sumber anonim menyebutkan kalau saat ini Al-Julani diduga sudah melarikan diri dari Damaskus, dan diduga kuat saat ini berada di Kota Idlib, yang terletak di barat laut Suriah. Sebuah kota dekat perbatasan Turki, atau sekitar 59 kilometer  barat daya Kota Aleppo.

(Indra Bonaparte)