Sebelumnya, Turki telah mengecam rencana oleh wilayah otonomi Kurdi Irak untuk menyelenggarakan referendum kemerdekaan, dan menyebut tindakan yang mengejutkan oleh tetangga dan sekutunya itu sebagai “kekeliruan besar”.
Tindakan tersebut, katanya, rentan dan bisa menciptakan masalah baru bagi wilayah itu.
Kementerian Luar Negeri Turki mengatakan di dalam satu pernyataan bahwa keutuhan wilayah Irak adalah “prasyarat” bagi kestabilan yang langgeng buat negeri tersebut dan mendesak suku Kurdi Irak agar menjadi bagian dari upaya untuk memperkokoh persatuan Irak.
Para pejabat Kurdi Irak pada 7 Juni mengatakan wilayah itu akan menyelenggarakan referendum kemerdekaan pada 25 September, tindakan yang belum dijawab oleh Pemerintah Federal di Baghdad –yang tak ingin kehilangan wilayah yang luas, terutama wilayah yang kaya akan minyak.
Berita tersebut tidak mengejutkan sebab suku Kurdi Irak telah lama berusaha memperoleh kemerdekaan dari bagian lain Irak, menurut Xinhua. Dalam beberapa bulan belakangan, Massoud Barzani, Presiden Wilayah Kurdi Irak (KRG), telah mengatakan ia akan mendorong dilaksanakannya pemungutan suara rakyat.
Arbil, ibu kota KRG, dan Ankara telah mengembangkan hubungan keamanan, ekonomi, dan politik erat selama sekitar satu dasawarsa, keduanya menentang keras kehadiran IS.
Artikel ini ditulis oleh:
Nebby