Di antara sekutu Barat Turki, Prancis telah menjadi salah satu dari kritikus terbesar dari operasi militer Turki, dengan menteri luar negeri Prancis mengatakan kekhawatiran bahwa alasan keamanan perbatasannya tidak membenarkan serangan itu.

Sebelumnya, sebagaimana dikutip dari Xinhua, Kementerian Luar Negeri Suriah pada Senin (19/3) mengutuk “pendudukan” Turki atas Kota Afrin di bagian utara negeri tersebut.

Di dalam satu pernyataan kepada PBB, Kementerian tersebut mengatakan tindakan Turki menguasai Kota Afrin “tidak sah” dan bertentangan dengan prinsip-prinsip serta Piagam PBB dan hukum internasional.

Pemerintah Suriah mengutuk pendudukan tersebut, dan mendesak “pasukan penyerbu” agar segera mundur dari wilayah Suriah, tambah kementerian tersebut.

“Pendudukan Afrin bukan hanya mengancam nyawa warga sipil dan persatuan Suriah, tapi juga memperpanjang perang di Suriah untuk melestarikan pelaku teror dan pendukung mereka sebab itu menimbulkan ancaman bagi perdamaian dan kestabilan di wilayah tersebut serta dunia,” kata kementerian itu.

Sementara itu, Presiden Turki mengatakan bahwa gerakan di Suriah “akan berlanjut hingga jalur teror di Manbij, Ayn Al-Arab, Tal Abyad, Ras al-Ayn dan Qamishi terhapuskan”. Itu berarti, gerakan tersebut akan diperluas ke timur Sungai Eufrat, tempat tentara AS dikerahkan.

ant

Artikel ini ditulis oleh:

Nebby