Ilustrasi- Sektor energi

Jakarta, Aktual.com – Harga minyak anjlok di perdagangan Asia pada Selasa (23/11), membalik kenaikan di sesi sebelumnya, ditengah pembicaraan yang berkembang bahwa Amerika Serikat, Jepang dan India akan melepas cadangan minyak mentah mereka untuk menjinakkan harga meskipun ada ancaman permintaan yang goyah karena kasus COVID-19 meningkat di Eropa.

Departemen Energi AS diperkirakan akan mengumumkan pinjaman minyak dari Cadangan Minyak Strategis (SPR) pada Selasa waktu setempat, dan akan dikoordinasikan dengan negara-negara lain, kata sumber pemerintahan Biden yang mengetahui situasi tersebut.

Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS turun 43 sen atau 0,6 persen, menjadi diperdagangkan di 76,32 dolar AS per barel pada pukul 01.28 GMT. Minyak mentah berjangka Brent merosot 30 sen atau 0,4 persen, menjadi diperdagangkan pada 79,40 dolar AS per barel.

Brent dan WTI keduanya naik 1,0 persen pada Senin (22/11/2021) di tengah laporan bahwa Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC), Rusia dan sekutu mereka, bersama-sama disebut OPEC +, dapat menyesuaikan rencana mereka untuk meningkatkan produksi minyak jika negara konsumen besar melepaskan minyak mentah dari cadangan mereka atau jika pandemi mengurangi permintaan.

Dengan pembicaraan tentang pelepasan minyak mentah terkoordinasi yang berhasil mendorong harga kembali di bawah 80 dolar AS per barel dan pelepasan aktual hanya diperkirakan memiliki dampak sementara, analis mengalihkan perhatian mereka ke potensi pukulan permintaan dari gelombang keempat kasus COVID-19 di Eropa.

“Ketika Eropa, dan khususnya Eropa Timur, berjuang untuk menghentikan penyebaran COVID-19, risiko tindakan seperti penguncian tampak besar,” kata analis Rystad Energy Louise Dickson.

Dia mengatakan permintaan pada November untuk bahan bakar kendaraan jalan raya dan jet di Eropa diperkirakan turun menjadi 7,8 juta barel per hari (bph) dari 8,1 juta barel per hari pada Oktober, meskipun sebagian dari itu adalah penurunan normal untuk sepanjang tahun ini.

“Jika gelombang penguncian baru diberlakukan di Eropa, harga minyak tidak akan terhindar selama sisa musim flu di Belahan Bumi Utara,” Dickson mengatakan dalam komentar di surelnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Antara
A. Hilmi