Tokyo, Aktual.com – Pasokan minyak dunia yang ‘luber’ setahun terakhir ternyata terus menuai korban.
Akibat anjloknya harga minyak, jika di 2015 lalu ada sekitar 60 perusahaan migas dunia yang tutup, tahun ini jumlah yang menyusul bakal naik dua kali lipat. Hingga 150 perusahaan.
Perkiraan itu disampaikan Kepala Analis Hulu dari IHS Bob Fryklund kepada Bloomberg di Tokyo, Selasa (9/2). Disampaikan dia, jumlah bisnis migas yang kandas mencapai sekitar 70 persen dalam kurun waktu dua tahun terakhir.
Kondisi itu menurut dia menunjukkan kalau harga minyak dunia memang sudah berada di level paling rendah. Jika upaya penyelamatan dilakukan, diperkirakan Fryklund, bakal dorong penjualan aset perusahaan migas seluruh dunia hingga 230 miliar dolar AS.
Terjadinya merger dan akuisisi antar perusahaan mungkin terjadi. Kendati terhambat kesepakatan nilai aset perusahaan antara pembeli dan penawar. “Karena ada ketidakcocokan antara harapan dan realitas,” ujar dia.
Kendati demikian, menurut Fryklund, rentang itu perlu ditutup. Agar perusahaan-perusahaan migas yang bertahan bisa terus lanjutkan usaha.
Diketahui, anjloknya harga minyak dan gas dunia dipicu tindakan Amerika Serikat menggenjot produksi minyak dari lapisan batuan serpih (shale oil). Ditambah lagi negara-negara OPEC terus memasok minyak konvensional.
Artikel ini ditulis oleh: