Jakarta, Aktual.com — Pemerintah mempertimbangkan untuk merevisi asumsi harga minyak Indonesia atau “Indonesia crude price” dalam RAPBN 2016 yang ditetapkan 60 dolar AS per barel menyusul penurunan harga minyak dunia sekarang.
Menteri Energi Sumber Daya Mineral Sudirman Said saat rapat kerja dengan Komisi VII DPR, mengatakan pemerintah terus memantau kecenderungan penurunan harga minyak dunia dari hari ke hari. “Kami terus memantau perkembangannya hingga saatnya nanti diputuskan asumsi ICP (yang paling realistis),” katanya di Jakarta, ditulis Kamis (27/8).
Menurut dia, jika memang kecenderungan harga minyak ke depan terus menurun, maka asumsi ICP 60 dolar per barel bisa dilakukan koreksi.
Pada raker tersebut, Komisi VII DPR meminta pemerintah mengkaji secara komprehensif asumsi ICP RAPBN 2016 sebesar 60 dolar per barel tersebut.
Ketua Komisi VII DPR Kardaya Warnika mengatakan, harga minyak sekarang ini sudah jauh di bawah asumsi ICP 60 dolar per barel. “Kami minta pemerintah dalam beberapa hari ini menyampaikan kajian harga minyak yang komprehensif,” katanya.
Anggota Komisi VII DPR Kurtubi memprediksi, dengan kecenderungan harga minyak sekarang ini, maka ICP pada 2016 maksimal 50 dolar per barel. “Asumsi 60 dolar per barel jelas tidak realistis lagi. Saya usulkan maksimal ICP 50 dolar per barel,” katanya.
Menurut dia, sepanjang OPEC tidak mengurangi produksi, maka penurunan harga minyak akan terus terjadi.
Ia juga mengingatkan, harga minyak dunia tidak hanya terkait kondisi fundamental seperti pasokan dan permintaan, namun juga geopolitik. “OPEC baru akan mengurangi produksi setelah harga minyak di bawah biaya produksi lapangan-lapangan utama,” ujarnya.
Harga minyak dunia terus mengalami penurunan. Per 26 Agustus, harga minyak jenis WTI anjlok hingga 39 dolar per barel, sementara jenis Brent 43 dolar per barel.
Pada raker tersebut, Sudirman mengajukan angka produksi terjual (lifting) minyak sebesar 830.000 barel per hari dan gas 1,155 juta barel setara minyak per hari.
Sebanyak 15 kontraktor migas dengan penyumbang “lifting” minyak terbesar adalah Chevron Pacific Indonesia sebesar 247.900 barel per hari, ExxonMobil Cepu Ltd 161.100 barel, Pertamina EP 104.400 barel, Total E&P Indonesie 55.700 barel, dan PHE ONWJ Ltd 40.500 barel.
Urutan selanjutnya adalah CNOOC SES Ltd 30.800 barel per hari, Petronas Carigali Ketapang II Ltd 19.100 barel, Chevron Indonesia Company 17.600 barel, ConocoPhillips Indonesia Ltd 17.000 barel, dan Petrochina Internation Jabung Ltd 12.600 barel.
Kemudian, PHE WMO 12.300 barel per hari, BOB Pertamina-Bumi Siak Pusako 11.400 barel, Vico Indonesia 10.500 barel, Medco E&P Rimau 8.100 barel, dan ConocoPhillips (Grissik) Ltd 6.400 barel.
Sedangkan, 15 kontraktor penyumbang “lifting” gas terbesar adalah Total E&P Indonesie 233.000 barel setara minyak per hari, BP Tangguh 171.000 barel, ConocoPhilips (Grissik) 151.000 barel, Pertamina EP 143.000 barel, Medco Senoro 58.000 barel, Conoco Natuna 44.000 barel, dan Kangean Energy Indonesia Ltd 36.000 barel.
Selanjutnya, Vico 35.000 barel, Premier Oil Natuna Sea BV 30.000 barel, PetroChina Int (Jabung) Ltd 26.000 barel, PHE ONWJ 24.000 barel, Husky 23.000 barel, Muria 19.000 barel, Talisman Jambi Merang 18.000 barel, dan Energy Sengkang 15.000 barel.
Asumsi RAPBN 2016 lain adalah volume BBM subsidi 17,91 juta kiloliter yang terdiri atas minyak tanah 0,69 juta dan solar 16,22 juta, serta elpiji 3 kg subsidi diajukan 6,17 juta ton
Artikel ini ditulis oleh: