Ilustrasi - Kilang minyak Aramco di dekat Khurais, Riyadh, Arab Saudi. ANTARA/REUTERS/Ali Jarekji/aa.

Singapura, aktual.com – Harga minyak merosot di awal perdagangan Asia pada Jumat (6/5), karena kekhawatiran tentang penurunan ekonomi yang dapat mengurangi permintaan minyak mentah bersaing dengan kekhawatiran atas sanksi baru dari Uni Eropa terhadap Rusia, termasuk embargo minyak mentah.

Harga minyak mentah berjangka Brent berkurang 37 sen atau 0,3 persen, menjadi diperdagangkan di 110,53 dolar AS per barel pada pukul 00.15 GMT. Harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS turun 33 sen atau 0,3 persen, menjadi diperdagangkan di 107,93 dolar AS per barel.

Bank sentral Inggris (BoE) pada Kamis (5/5) memperingatkan bahwa Inggris berisiko mengalami resesi ganda dan inflasi di atas 10 persen karena menaikkan suku bunga ke level tertinggi sejak 2009, meningkat seperempat poin persentase menjadi 1,0 persen.

Sementara itu saham-saham di Wall Street jatuh karena investor melepaskan investasi berisiko, khawatir The Fed akan menaikkan suku bunga lebih banyak tahun ini untuk menjinakkan inflasi.

Pada sisi pasokan, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak, Rusia dan produsen sekutu, yang dikenal sebagai OPEC+, setuju seperti yang diharapkan untuk peningkatan bulanan moderat dalam produksi minyak mereka.

Mengabaikan seruan dari negara-negara Barat untuk menaikkan produksi lebih banyak, OPEC+ setuju untuk meningkatkan produksi Juni sebesar 432.000 barel per hari, sejalan dengan rencananya untuk melonggarkan pembatasan yang dibuat ketika pandemi menekan permintaan.

Proposal sanksi Uni Eropa, yang membutuhkan dukungan suara bulat dari 27 negara di blok tersebut, melibatkan penghapusan impor produk olahan Rusia pada akhir 2022 dan larangan semua layanan pengiriman dan asuransi untuk mengangkut minyak Rusia.

Panel Senat AS mengajukan RUU yang dapat mengekspos OPEC+ ke tuntutan hukum atas kolusi dalam meningkatkan harga minyak. Kongres telah gagal meloloskan versi undang-undang selama lebih dari dua dekade, tetapi anggota parlemen khawatir tentang kenaikan inflasi dan harga bensin yang tinggi.

Artikel ini ditulis oleh:

Antara
Rizky Zulkarnain