Jakarta, Aktual.com — Negara-negara Asia seperti Indonesia harus mulai memikirkan strategi dalam menghadapi harga minyak dunia yang berangsur-angsur mendekati titik 50 dollar. Di satu sisi kondisi ini merupakan harapan baru bagi kondisi indsutri migas, tapi disisi lain potensi akan gejolak ekonomi bagi masyarakat juga cukup besar.
Untuk negara berkembang di asia, anjloknya harga minyak dipertengahan 2014 mungkin sangat dinantikan. Karena dengan begitu mereka bisa memotong subsidi migas dan mengalihkannya ke sektor ekonomi lainnya. Namun kini tanda-tanda kenaikan harga minyak dalam beberapa minggu terus terjadi, tentu hal ini akan memberikan dampak kepada konsumen alias masyarakat.
China dan India sudah menaikan harga BBM mereka. Sementara Indonesia masih belum mengambil langkah yang sama, tapi diperkirakan BBM di Indonesia akan mengalami kenaikan harga jika harga minyak meningkat atau terus bertahan lama di posisi 50an dollar.
Pemerintah Indonesia menegaskan, harga BBM nya akan dievaluasi pada september mendatang.
Seperti kita ketahui, bahwa harga minyak terus mengalami peningkatan akibat rilis data dari EIA pada 20 Mei silam serta adanya gangguan supply dari Nigeria, Libya, Venezuela, and Kanada yang menyebabkan kekurangan pasokan hingga 4 juta barel.
Seperti yang dilansir dari Oilprice.com, beberapa peneliti mencatat bahwa harga minyak menyentuh angka 50an dollar sudah berbahaya bagi konsumen Asia dan berdampak pada perekonimian mereka. Di India saja desakan untuk mencari jalan keluar terhadap ketergantungan minyak terus mengemuka karena fluktuasi harga minyak dinilai terlalu berbahaya bagi perekonomian negara tersebut.
Sementara itu di China, keputusan untuk mengisi penuh tangki-tangki penimbunan crude oil dinilai sebagai keputusan tepat dalam mengantisipasi kenaikan harga minyak agar tidak terlalu berdampak pada perekonimian mereka.
Apa yang dilakukan India dan Cina inilah yang masih belum dapat dilakukan di Indonesia. Indonesia masih mengandalkan minyak sebagai salah satu sumber penerimaan negara.
Sementara itu, untuk urusan sistem ketahanan energi, Indonesia juga masih berjuang mewujudkannya. Saat ini cadangan crude atau BBM hanya di miliki pertamina yang bisa menampung kebutuhan hingga 18 hari saja, padahal idealnya harus bisa menampung minimal 30 hari.
Kondisi ini tentu berbahaya, karena ketika harga minyak nanti terus meningkat, maka dipastikan masyarakat yang akan menanggung kenaikan harga BBM karena subsidinya sudah dicabut.
Artikel ini ditulis oleh:
Dadangsah Dapunta
Eka