Jakarta, Aktual.co — Anggota DPR RI M Misbakhun mengatakan bahwa kondisi gejolak ekonomi Indonesia masih sangat berbeda dengan apa yang terjadi pada 1998 silam.
“Ada perbedaan krisis tahun 1998 dengan sekarang. Pada krisis 1998, kurs rupiah bergerak dari angka Rp2.000 ke level Rp13.000, sangat dramatikal,” ujar Misbakhun kepada Aktual di Jakarta, Senin (6/4).
Menurutnya, pada saat itu cadangan devisa dan situasi politik Indonesia sangat berbeda. Ekonomi dan politik sangat terjepit. “Nah saat itu, secara bersamaan ada dorongan politik dan ekonomi,” ucapnya.
Ia menerangkan, pergerakan dari Rp12.000 ke Rp13.000 adalah hal yang wajar, tidak terlalu banyak. Hal ini juga didorong oleh pengaruh eksternal seperti pengaruh perbaikan ekonomi Amerika, disaat yang sama China melakukan koreksi pertumbuhan, ini artinya China melakukan konsolidasi ekonomi.
“Inilah yang seharusnya dikonsolidasikan. Tim ekonomi diberikan kesempatan untuk membuktikan porgram mereka. Ibarat dokter, obatnya dapat dirasakan setelah beberapa waktu,” tukas dia.
Untuk diketahui, Kementerian Keuangan mengatakan bahwa kondisi gejolak ekonomi Indonesia masih sangat berbeda dengan apa yang terjadi pada 1998 silam. Pemerintah mengisyaratkan bahwa kondisi rupiah yang saat ini tengah melemah hingga menyentuh level Rp13.000 per dolar AS, masih jauh dari resiko krisis yang pernah dialami pada 1998 lalu.
Staff Ahli Menteri Keuangan Bidang Makro Ekonomi dan Keuangan Internasional Andin Haryanto mengatakan, yang terjadi pada 1998 adalah melemahnya mata uang rupiah lalu investasi yang menjadi tidak pasti sehingga ada guncangan ekonomi.
“Normalnya kurs melemah rada tinggi seperti diawal 2015. Fundamental tidak kuat, harga saham melemah, investasi asing turun karena tidak percaya lagi sama Rupiah, itu yang terjadi 1998,” kata Andin
Artikel ini ditulis oleh:
Eka
















