Setahun kemudian ARS kembali terdepresiasi. Nilai USD meningkat menjadi setara ARS 16,8.
Sedangkan enam bulan lalu, USD menguat menjadi setara ARS 18,6. Bahkan sebulan silam ARS makin terdepresiasi. USD pun menjulang menjadi ARS 25,6. Sedangkan saat ini USD setara ARS 27,1.
“Size ekonomi Indonesia dengan Argentina memang berbeda. Tapi depresiasi ARS ini sudah mencapai 300 persen dalam tiga tahun,” ujarnya.
Demikian pula dengan rupee India (INR). Sekitar sepuluh tahun lalu USD masih setara dengan INR 42,1.
Kemudian lima tahun lalu USD menjadi setara INR 59,3. Setahun lalu, USD sudah menjadi INR 64,3.
Tapi sebulan silam kurs INR terhadap USD kian anjlok. USD menjadi setara INR 67,1. Berdasar catatan terkini, USD sudah menjadi setara 68,5.
Misbakhun juga menyinggung soal depresiasi lira Turki (TRY). Tiga tahun lalu USD setara TRY 2,63.
Tapi dua tahun lalu, USD terkerek menjadi TRY 2,88. Setahun lalu kurs USD meningkat menjadi TRY 5,3.
Sedangkan enam bulan lalu, USD menjadi TRY 4,65. Kini, USD menjadi TRY 4,84.
“Mata uang lira Turki dalam jangka waktu tiga tahun mengalami depresiasi, dari setiap USD setara TRY 2,63 menjadi TRY 4,84. Size ekonomi Turki hampir mendekati Indonesia sebagai emerging market country walaupun secara spesifik mempunyai banyak juga perbedaan dalam hal sumber daya alam, sistem ekonomi, struktur pasar dan beberapa para meter,” tutur Misbakhun.
Mantan pegawai pajak Kementerian Keuangan itu menambahkan, depresiasi yang dialami ARS, INR maupun TRY menjadi bukti bahwa ada permasalahan di banyak negara emerging market. Misbakhun meyakini menguatnya USD bukan persoalan Indonesia saja.
“Ini persoalan global. Tinggal adalah bagaimana persoalan tersebut di atasi dan diantisipasi dampak-dampak negatifnya terhadap perekonomian nasional,” katanya.
Artikel ini ditulis oleh:
Antara