Jakarta, Aktual.com — Minat budaya baca Indonesia yang masih rendah dipengaruhi oleh jumlah ketersediaan bahan bacaan yang kurang, kata seorang pimpinan Perpustakaan Nasional.
“Budaya baca kita rendah karena (bahan) yang mau dibaca kurang. Bahan baca paling mudah, salah satunya koran, tapi persebarannya pun belum merata,” kata Kepala Pusat Pengembangan Perpustakaan dan Pengkajian Minat Baca Perpustakaan Nasional Syarif Bando di Jakarta, Minggu (20/9).
Syarif mengatakan minimal 30 persen penduduk di negara maju terjangkau dengan koran sebagai bahan bacaan, sedangkan penduduk Indonesia yang terjangkau dengan koran masih sekitar 0,5 persen.
Kurangnya bahan bacaan juga disebabkan kurangnya produksi penulisan buku sehingga kalangan akademisi sejak 2013 digiatkan untuk menulis buku.
Sementara itu, anggaran pengadaan buku untuk memenuhi kebutuhan baca lebih dari 250 juta penduduk Indonesia hanya sebesar Rp50 miliar. Jumlah tersebut setara dengan satu juta buku jika harga per buku senilai Rp50 ribu.
Indikator budaya baca penduduk Indonesia, kata Syarif, masih tertinggal jika dibandingkan dengan penduduk di Asia Timur yang terbiasa membaca empat sampai enam jam di luar pelajaran dengan jangkauan baca minimal 1.500 halaman per minggu.
Bahkan, beberapa negara berkembang lainnya sudah menerapkan membaca cepat 300 kata per menit dengan daya serap minimal 85 persen.
“Indonesia belum bisa melakukan metode tersebut karena berdasarkan hasil penelitian, buku kita yang mengandung isi dan konten hanya 20-25 persen, sedangkan 75 persen lainnya kurang berisi,” kata Syarif.
Syarif berharap kunjungan masyarakat ke perpustakaan di tingkat nasional bisa meningkat mengingat saat ini hanya sekitar 10 persen dari jumlah keseluruhan warga Indonesia yang berkunjung ke Perpustakaan Nasional RI.
Artikel ini ditulis oleh:
Arbie Marwan