Jakarta, Aktual.com — Koordinator Gerakan Masyarakat Perangi Korupsi (GMPK), Bagus D. Reksojoedo menyebutkan, dalam beberapa tahun lalu, aksi fraud di dunia perbankan kerap dilakukan oleh manajemen hanya untuk melakukan hura-hura atau ke dunia malam.
Untuk membiayai kegiatan itu, kata dia, kerap kali menggunakan dana perusahaan dengan nominal yang tidak sedikit. Dalam sehari bisa menghabiskan antara Rp15-20 juta per malam.
“Dari data yang pernah kami olah, para manajemen bank itu melakukan fraud dengan menggunakan dana perusahaan hanya untuk dugem. Bisa mencapai Rp15-20 juta per malam,” tandas dia di acara Seminar Anti Fraud 2016, Jakarta, Rabu (1/6).
Menurutnya, dengan gaya hidup mereka yang begitu telah mengorbankan para nasabahnya. Bahkan sampai ada kasus ditemui, hanya untuk biaya hura-hura itu mencapai Rp20 miliar.
“Itu kejadian waktu dulu. Sekarang sudah mulai tidak lagi. Jadi, ada korelasi antara life style manajemen yang memengaruhi aksi fraud,” ujar Bagus.
Padahal, untuk mengikis aksi fraud itu harus dimulai dari top management, staf pimpinan, karyawan, dan pihak intermadiary. Sehingga nantinya, mesti dicanangkan dan dicontohkan oleh para pimpinan itu dan dilaksankaan oleh segenap pihak di perusahaan.
“Dan konkretnya, diwujudkan dalam bentuk kebijakan, keputusan serta proses bisnis dan kerja di perusahaan. Maka, di jajaran manajemen dan staf akan tertanam kesadaran akan risiko fraud dan mesti ditumbuhkan semangat menolak dan melawan fraud,” papar dia.
Menurutnya, dalam setiap keputusan di manajemen itu harus dilandasi oleh semangat untuk mencegah, mendeteksi, menangani, dan memperbaiki potensi fraud.
“Dan untuk itu, pihak manajemen harus memastikan adanya keterkaitan antar kebijakan, sehingga saling melengkapi dalam menangkal potensi fraud di industri jasa keuangan tersebut,” pungkas dia.
Artikel ini ditulis oleh:
Eka