Jakarta, Aktual.com – Dosen Pascasarjana Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Bagas Pujilaksono Widyakanigara, menilai Kongres Luar Biasa (KLB) Partai Demokrat merupakan cara yang demokratis dalam menyelesaikan konflik internal.
Menurutnya, tak ada yang salah dengan cara yang ditempuh oleh kubu Moeldoko itu karena setiap partai politik mengatur KLB itu dalam AD/ART.
“Pak Moeldoko menempuh cara KLB, dimana KLB dimungkinkan dalam AD/ART PD. Apa yang salah dengan pak Moeldoko? Menurut saya, KLB adalah cara yang demokratis dalam menyelesaikan konflik internal parpol yang bisa mengakomodir keinginan banyak pihak,” kata Bagas dikutip dari keterangan tertulisnya, Jakarta, Kamis (18/3).
Ia mengungkapkan ada indikasi perubahan akte pendirian partai Demokrat dari versi 2001 ke versi 2020 yang memasukan nama Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sebagai pendiri. Bahkan ia menduga langkah itu merupakan upaya untuk membangun dinasti politik di partai Demokrat.
Sehingga, hal inilah yang menyebabkan kader partai berlambang mercy itu mendorong perubahan dengan menyelenggarakan KLB di Deli Serdang beberapa waktu lalu.
“Bagi saya point di atas adalah driving force atau spirit bagi terjadinya KLB Deli Serdang, sangat masuk akal,” ujarnya.
Bagas pun menilai sosok Moeldoko saat ini sedang moncer sehingga layak diperhitungkan untuk menggantikan posisi SBY yang mulai redup.
Ia berharap, SBY dan keluarganya legowo untuk mundur dari kepengurusan partai Demokrat dan memberikan kesempatan kepada yang lain untuk memimpin partai tersebut.
“Saya punya kepentingan, masalah internal PD [Partai Demokrat] ini segera tuntas, agar tidak terus menimbulkan kegaduhan politik kontraproduktif bagi bangsa dan negara,” tutur Bagas.
Artikel ini ditulis oleh:
A. Hilmi