Jakarta, Aktual.com – Seorang dokter mengomentari “pedas” pernyataan Kepala Staf Presiden Moeldoko lantaran meminta rumah sakit jujur terhadap data kematian pasien dalam masa pandemi Covid-19. Padahal, Moeldoko juga menyebut, itu dilakukan supaya mencegah keresahan di masyarakat.

“Tadi saya diskusi banyak dengan Pak Gubernur (Jawa Tengah-Ganjar Pranowo, red). Salah satunya tentang definisi ulang kasus kematian selama pandemi. Definisi ini harus kita lihat kembali, jangan semua kematian pasien dikatakan akibat covid-19,” kata Moeldoko saat melakukan kunjungan kerja ke Semarang, Jawa Tengah, Kamis (1/10).

Saat itu, Moeldoko juga menjelaskan, terdapat isu berkembang bahwa rumah sakit rujukan “meng-COVID-kan” semua pasien meninggal dunia demi mendapatkan anggaran dari pemerintah.

Misalnya, kata dia, orang sakit biasa atau mengalami kecelakaan justru didefinisikan meninggal karena Covid-19 oleh rumah sakit menangani. Sedangkan hasil tes menunjukkan negatif Covid-19.

Respons Dokter

Tonang Dwi Ardyanto, seorang dokter pengkritik Moeldoko lewat berita media massa dibacanya di media sosial Twitter.

Dia mengatakan dalam komentarnya, bahwa sebagai gambaran, dari semua pasien meninggal di rumah sakit tempatnya bekerja sejak April-September, hanya 22 persen menjalani prosedur Covid.

“Artinya, kami tidak gegabah. Tidak asal-asalan. Apalagi cari untung. Poinnya: menghindari risiko penularan,” tulis Tonang.

Akun Twitter lain bernama @berlianidris dengan keterangan dokter jantung turut berkomentar. DIa menyatakan, tudingan rumah sakit me-Covid-kan pasien untuk mendapatkan anggaran, itu berbahaya.

“Tudingan bahwa RS mengcovidkan pasien untuk mendapatkan anggaran ini berbahaya, apalagi diucapkan oleh pejabat negara. Sudah banyak nakes menjadi korban serangan masyarakat yang berburuk sangka. Saya sendiri pernah diserang secara verbal, dituduh mengcovid-covidkan pasien,” tulis @berlianidris, Sabtu (3/10).

Bahkan, Berlian Idris juga berani menantang dengan berbagai bukti tudingan.

“Mohon maaf, kami sudah lelah. Jika ada bukti dan terbukti, silakan oknum rumah sakit diberi sanksi saja. Mohon jangan “sakiti” Tenaga Kesehatan & RS yg sudah melayani pasien dg segala risiko,” keluh @berlianidris.(RRI)

Artikel ini ditulis oleh:

Warto'i