Pontianak, Aktual.com – Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir mengungkapkan hingga kini melalui jejaring Lazismu (Lembaga Amil Zakat Infaq Sedekah Muhammadiyah) setidaknya sudah terhimpun dana sekitar Rp7 miliar untuk membantu warga Palestina yang menjadi korban perang.

“Harus ada empati, dan kita juga jangan bertindak tanpa ilmu. Kita juga memiliki rasa kemanusiaan. Akhir-akhir ini kita juga tengah menggalang donasi untuk saudara kita di Palestina dimana informasi terakhir telah terhimpun dana sekitar lebih dari Rp7 miliar melalui jejaring Lazismu,” kata Haedar Nasir saat mengikuti Silahturahim Idul Fitri 1442 Hijriah yang dilaksanakan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Kalbar secara daring dari Pontianak, Sabtu.

Menurut dia, gerakan serupa ini juga harus diperjuangkan di internal Muhammadiyah, seperti halnya membangun peradaban. Ia mencontohkan gerakan penggalangan dana untuk pembangunan pembuatan madrasah mualiamin di Muhammadiyah.

“Muhammadiyah harus terus membangun. Semua harus bergairah untuk menggerakkan Muhammadiyah,” kata dia.

Ia melanjutkan, pembangunan Amal Usaha Muhammadiyah (AUM), menggerakkan masyarakat di bawah, menghidupkan masjid dan membangun ekonomi umat merupakan upaya membangun peradaban Islam yang berkemajuan.

Ia mengingatkan pembangunan memerlukan akselerasi dan tingkat kualitas yang lebih baik, jangan terus menerus berada di zona nyaman.

Untuk itu, soliditas antar pengurus dan kader harus tetap erat dan saling mendukung. “Itu adalah cara kita untuk bersaudara, serta selalu mengedepankan prasangka baik dan bermusyawarah,” kata dia.

Sehingga berkolaborasi dan bekerjasama merupakan bentuk silaturahim kebangsaan dengan nilai-nilai persatuan sebagai dasar kekuatan Muhammadiyah. “Jadilah Sang Surya, dalam hal sekecil apapun, dengan terus mensyiarkan nilai-nilai keagamaan dan kemanusiaan, sampaikan walaupun hanya satu ayat,” katanya.

Sehingga dengan tetap cerdas berilmu, namun tetap bersosial bersama masyarakat.

Pada kesempatan itu, ia juga mengajak keluarga besar Muhammadiyah untuk memaknai Idulfitri yang artinya adalah hari raya berbuka puasa. “1 Syawal itu simbol untuk mengakhiri bulan puasa dan memulai bulan baru, agar kita menjadi insan yang semakin bertakwa. Kita pakai nilai-nilai taqwa itu dan kita tingkatkan agar kita semakin bertakwa. Seluruh kebaikan dalam kehidupan kita sebagai puncak dari sifat sebagai seorang Muslim itu adalah perwujudan dari taqwa,” kata dia.

Untuk itu, nilai-nilai takwa ini harus dijadikan sebagai kepribadian, sifat dan langkah seterusnya, baik secara kualitatif dan kuantitatif, termasuk dalam lisan dan perbuatan kita.

“Jadikan medsos menjadi sarana silaturahim, jangan menjadi sarana untuk menyebarkan hoaks, ujaran kebencian, merendahkan orang lain, serta hal-hal yang buruk, yang membuat kita untuk hilang peradaban,” ujar Haedar.

Sementara dalam konteks silaturahim, harus mengedepankan persaudaraan dan kebersamaan yang diwujudkan melalui ta’awun, terutama di era pandemi COVID-19 saat ini.

“Ta’awun ini diwujudkan dengan empati dan saling berbagi. Kita harus bersumbangsih agar bisa meringankan beban, sembari terus meningkatkan kesabaran dan kesungguhan kita,” ujar Haedar Nasir.

Ia melanjutkan semua pasti tidak menginginkan pandemi seperti ini, namun harus menerima dengan bersabar dan senantiasa terus berikhtiar.

“Tunjukkan bahwa Muhammadiyah selalu berbuat di era pandemi dan ini harus disampaikan ke khalayak dengan tetap mengajak untuk tetap berdisplin terkait protokol kesehatan,” kata dia. (Antara)

Artikel ini ditulis oleh:

As'ad Syamsul Abidin