Jakarta, Aktual.com – Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu’thi membantah tudingan bahwa organisasi yang didirikan Kyai Haji Ahmad Dahlan itu pro terorisme. Hanya karena lakukan advokasi di kasus kematian Siyono yang mencurigakan.

“Muhammadiyah tidak sedang melakukan dukungan untuk teroris, tapi ada warga negara yang ingin mendapatkan keadilan secara hukum,” kata Mu’thi di Gedung Dakwah Muhammadiyah, Jakarta, Jumat (8/4).

Kerangka berpikir yang menempatkan seolah-olah Muhammadiyah membela teroris, harus diluruskan. Sebab, ujar dia, keluarga Siyono sendiri yang datang ke Muhammadiyah untuk meminta bantuan setelah menemui sejumlah kejanggalan.

Dalam menjaga independensinya, Muhammadiyah berusaha melakukan bantuan kepada keluarga Siyono sesuai kadarnya. Dengan kata lain, Muhammadiyah tidak melakukan perbuatan melanggar hukum tetapi sesuai koridor yang berlaku.

“Kami tidak ingin melawan aparatur negara seperti polisi atau Densus 88 tapi turut serta dalam menegakkan keadilan. Langkah kami ini tidak melanggar hukum,” kata dia.

Soal otopsi jenazah Siyono, lanjut dia, dilakukan oleh Muhammadiyah serta pihak terkait sesuai prosedur setelah ada permintaan dari Komisi Nasional Hak Asasi Manusia. Soal publikasi hasil otopsi juga menjadi ranah Komnas HAM.

“Kami dengan kepolisian kerja sama agar penyelidikan komprehensif. Ini bukti kami tidak melawan hukum. Polisi juga yang mengetahui peraturannya dan yang berhak menghukum juga mereka,” kata dia.

Menurut versi polisi, Siyono tewas setelah ditangkap Anggota Densus 88. Dia disebut tewas usai berduel dengan anggota Densus (10/3) lalu. Kepala Divisi Humas Polri, Irjen Anton Charliyan mengungkapkan saat itu dua anggota Densus tengah membawa Siyono mencari senjata api yang diduga disembunyikan di beberapa tempat, termasuk di Klaten.

Dikawal dua anggota Densus, Siyono diantarkan berkeliling dengan mobil ke daerah Tawangsari, Klaten. Awalnya, tutur Anton, korban bersikap kooperatif dan menunjuk sejumlah lokasi tempat disembunyikannya senjata tersebut. Tetapi, ketika petugas membuka penutup mata dan borgol, Siyono malah balik menyerang petugas. Pergumulan tak terhindarkan.

“Anggota yang berada di sebelah kanan membuka penutup mata dan borgol pelaku. Tiba-tiba pelaku langsung memukul anggota. Sehingga terjadi perkelahian,” kata Anton saat memberi keterangan persnya di kompleks Mabes Polri, Jakarta, (14/3) lalu.

Artikel ini ditulis oleh:

Antara