Selain itu, terdapat persoalan beban ganda yang didengungkan oleh hampir semua wanita di dunia, tantangan pemenuhan waktu keluarga (family time) dan munculnya eksklusivisme dalam keluarga.
Berbagai perubahan dan tantangan, kata dia, harus disikapi dengan bijak dan menuntut interpretasi keagamaan baru yang tidak padat yang bisa menghalangi masyarakat bergerak untuk bekomunikasi.
“Karena itu perlu ditekankan gerakan seperti lewat ‘Aisyiyah, sebagai organisasi otonom Muhammadiyah, harus ikut tampil ke depan dan menunjukan bahwa perbedaan-perbedaan tersebut jangan sampai menghancurkan keluarga,” kata dia.
Untuk itu, diperlukan instrumen lewat ‘Aisyiyah untuk memberikan pendidikan kepada calon pengantin dalam pandangan keagamaan yang sejalan dengan perubahan yang terjadi.
Dia mengatakan tantangan berkeluarga harus dibekali agar menjadi keluarga harmonis seperti dengan dorongan pelibatan suami dalam tugas domestik, pemeliharaan kesehatan reproduksi serta perlunya pendidikan calon pengantin.
Ant
(Wisnu)
Artikel ini ditulis oleh:
Antara