Sejumlah warga eks-Gafatar berada di tempat penampungan di Detasemen Pembekalan dan Angkutan Kodam XII/Tanjung Pura di Pontianak, Kalimantan Barat, Rabu (20/1). Sebanyak 1.119 warga eks-Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) yang dievakuasi dari Kabupaten Mempawah karena diusir paksa oleh masyarakat setempat pada Selasa (19/1) kemarin tersebut, rencananya akan dipulangkan pemerintah ke daerah asal dengan menggunakan KRI Teluk Bone. ANTARA FOTO/Jessica Helena Wuysang/foc/16.

Jakarta, Aktual.com — Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Lebak meminta mantan pengikut ajaran Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) asal wilayah setempat, yang dipulangkan dari Kalimantan Barat, dapat dibina oleh pemerintah daerah.

“Kami siap memberikan pembinaan akidah kepada mantan pengikut Gafatar yang dikembalikan ke kampung halaman agar mereka tidak sesat lagi,” kata Sekertaris Umum MUI Kabupaten Lebak, KH Achmad Bukori, di Lebak, Minggu (24/1).

Saat ini, mantan anggota Gafatar asal Rangkasbitung yang dipulangkan dari Kalimantan Barat berjumlah 27 orang.

Namun, mereka para eks anggota Gafatar sebelum dipulangkan ke kampung halaman, karena pemerintah daerah setempat memberikan pembinaan terlebih dahulu yang dipusatkan di tempat khusus.

Pembinaan ini dilakukan agar mereka, mantan Gafatar, tetap merasa aman dan tidak merasa terintimidasi oleh masyarakat jika sampai dipertemukan.

Sebab, masyarakat sebelumnya menolak kehadiran para mantan anggota Gafatar.

Karena itu, dalam pembinaan ini mereka digembleng oleh MUI juga instansi terkait.

“Kami dan pemda siap mengawal kepulangan mantan Gafatar dan diterima oleh masyarakat,” katanya.

Sementara itu, warga mantan Gafatar asal Lebak yang dipulangkan dari Kalimantan Barat masing-masing keluarga Muhaemin (45) berikut isteri dan dua anak, Sanimah (40) berikut suami dan lima anak, Maman (45) dengan isteri, orangtua sendiri, mertua dan dua anak, Darna (30) berikut isteri dan dua anak serta Harun (62) dengan isteri dan dua anak.

“Semua anggota Gafatar itu warga Rangkasbitung dan mereka pergi ke Kalimantan Barat tiga bulan lalu,” katanya.

Untuk mencegah paham sesat itu, kata dia, diharapkan semua elemen bergerak, seperti Bakorpakem, Kepolisian, Masyarakat, Tokoh Agama, Pemuka Adat, Lembaga Pendidikan dan lainya.

Sebab, ajaran sesat itu cukup membahayakan bagi akidah agama Islam juga memecahbelah persatuan dan kesatuan bangsa.

“Kami berharap ke depan kasus ajaran sesat tidak ada lagi di Lebak,” katanya menjelaskan.

Yusi (50) salah satu keluarga dari empat KK anggota Gafatar mengaku dirinya berharap orangtuanya bernama Jasih bisa kembali ke rumah.

Sebab, dirinya tidak mengetahui kepergian ibunya, karena keberangkatannya dinihari.

Pihaknya merasa heran adiknya Maman yang sehari-harinya sebagai penjaga SMAN 2 Rangkasbitung itu masuk anggota Gafatar.

“Kami berharap ibunya itu bisa kembali ke rumah dengan kondisi sehat dan selamat,” katanya.

Artikel ini ditulis oleh:

Antara
Arbie Marwan