Jakarta, aktual.com – Wakil Sekretaris Komisi Pengkajian dan Penelitian Majelis Ulama Indonesia (MUI) Ali M. Abdillah menjelaskan bahwa Ramadan merupakan bulan jihad karena dalam setiap manusia, ada nafsu yang harus dikendalikan.
“Nafsu terbagi menjadi dua, ada yang disebut dengan amarah dan lawamah. Dua hawa nafsu ini selalu mengajak insan untuk berpaling dari Allah dan membuat kerusakan di bumi,” kata Ali M. Abdillah dalam keterangannya di Jakarta, Rabu (12/4).
Ali lantas mencontohkan hawa nafsu lawamah digerakkan oleh iblis yang masuk ke dalam diri manusia melalui aliran darah, sebagaimana hadis assyaithon yajri majroddam.
Menurut dia, ketika aliran darah banyak bersumber dari makanan haram, hal itu paling cepat memproduksi setan atau iblis dalam diri manusia.
“Bisa dilihat, orang yang banyak memakan barang yang haram, pasti muncul perilaku yang destruktif atau merusak. Seolah-olah dia tidak memiliki sifat kemanusiaan, seperti raja tega, itu adalah sifat hayawanat atau sifat kebinatangan,” ujar Ali.
Jika dalam teori tasawuf, kata pengasuh Pondok Pesantren al Rabbani Islamic College Cikeas itu, ada yang disebut dengan nafsu sabu’iyah atau nafsu binatang liar.
Menurut dia, seperti binatang liar yang berkelahi. Kalau lawannya tidak mati, pasti akan dihabisi sampai tinggal tulang belulang.
“Inilah kekejian binatang liar. Ketika didominasi oleh nafsu amarah dengan karakter sabu’iyah yang dominan, pasti muncul sifat karakter rakus, kemudian raja tega, menghalalkan segala cara, dan juga akan semena-mena,” katanya.
Kiai Ali menilai puasa harus memiliki dampak yang positif untuk menurunkan tensi penguasaan nafsu pada diri manusia.
Menurut dia, cara yang paling efektif untuk menundukkan nafsu amarah yang sabu’iyah maupun bahimiah, yaitu dengan cara lapar untuk bisa memutus mata rantai terjadinya dominasi nafsu amarah.
Ia mencontohkan jika manusia telah dikuasai oleh nafsu sabu’iyah, ketika orang didoktrin agama yang mengambil satu atau dua ayat terkait jihad, dijamin masuk surga dan disediakan 72 bidadari.
Oleh karena itu, kata dia, jika ada orang yang dangkal pemahaman beragamanya, lalu mempercayai doktrin sesat tersebut, telah muncul nafsu sabu’iyah-nya.
“Layaknya binatang buas, rasa kemanusiaannya hilang karena didominasi virus kekerasan yang masuk ke dalam pikirannya, ingin masuk surga secara instan, tetapi mengabaikan sisi kemanusiaan,” katanya.
Kiai Ali berpesan bahwa jihad pada bulan Ramadan dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dengan menjalankan ibadah puasa secara baik dan bersungguh-sungguh untuk meningkatkan kualitas iman.
Menurut dia, melalui cara tersebut puasa yang dikerjakan bisa meraih derajat ketakwaan yang hakiki karena target orang puasa itu harus ada peningkatan ketaatannya.
Artikel ini ditulis oleh:
Antara
Rizky Zulkarnain