Jakarta, Aktual.com – Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) K.H. Marsudi Syuhud menekankan pentingnya agar film atau tontonan dapat menjadi panduan positif bagi masyarakat.
“Yang paling penting, film kalau zaman dahulu itu intinya, tontonan harus bisa jadi tuntunan, jangan tontonan malah menjadi down-down-an, atau orang saling menjelekkan, itu yang kurang tepat,” kata Marsudi di Jakarta, Selasa(26/3).
Dia menegaskan hal tersebut dalam konteks tanggapannya terhadap film horor yang menggunakan istilah dan/atau unsur agama Islam dalam judulnya, seperti film yang tengah ramai diperbincangkan, Kiblat.
Marsudi mengakui bahwa belum menonton film tersebut sehingga belum bisa memberikan komentar mendalam.
“Saya belum mendengar dan melihat, saya jadi belum bisa mengomentari dengan jelas. Saya juga belum bisa membayangkan film itu seperti apa karena saya belum melihatnya,” ujarnya.
Sebelumnya, Ketua MUI Bidang Fatwa Prof. Asrorun Niam Sholeh juga menekankan bahwa penggunaan istilah dan simbol keagamaan haruslah pada tempat yang tepat.
“Prinsipnya, harus menggunakan istilah dan/atau simbol agama pada tempatnya yang pas,” ungkap Niam.
Di sisi lain, Wakil Ketua Lembaga Seni Budaya dan Peradaban Islam (LSBPI) MUI, Erick Yusuf, menyatakan bahwa film horor dengan judul berbasis istilah Islam bisa mempengaruhi keberanian masyarakat dalam beribadah.
Polemik seputar film Kiblat juga memicu berbagai respons di media sosial, termasuk ajakan boikot yang viral di platform Instagram.
Artikel ini ditulis oleh:
Firgi Erliansyah