Tapi, musuh abadi, didukung kekacauan perang, mengancam istirahat para mumi.

“Mumi itu sudah mulai membusuk dan terinfeksi bakteri. Ini karena kami tidak memiliki listrik dan mesin yang seharusnya menjaga mereka,” kata Abdelrahman Al-Gar, kepala departemen barang kuno universitas itu, dikutip dari Reuters, Senin (2/5).

“Kami membutuhkan beberapa bahan kimia untuk membersihkan mumi setiap enam bulan, dan bahan itu tidak tersedia karena situasi politik,” katanya.

Pemadaman listrik terjadi di Sanaa, menghilangkan kelembapan yang membantu melestarikan “Hall of Mummies” atau seluruh mumi. Pendanaan untuk badan pemerintah seperti universitas telah tersendat akibat pertikaian antara pihak-pihak yang berseteru dengan Yaman untuk mengendalikan bank sentral.

Pakar purbakala meminta perhatian universitas dan kementerian budaya untuk pendanaan dan peralatan guna mengatasi mikroba yang merusak mumi.

Tapi, penutupan bandara Sanaa oleh koalisi dan blokade hampir menyeluruh di pelabuhan kunci di Laut Merah -yang bertujuan menghentikan pengiriman senjata- mengurangi impor barang khusus, seperti, bahan kimia, yang dibutuhkan untuk menangkal ancaman mikroskopik.

Sheba dan kerajaan lain Yaman pernah memiliki kisah dan legenda, yang dibawa kafilah gurun untuk mengharumkan kuil di Tanah Suci dan Roma kuno.

Peperangan modern merusak warisan budaya penting. Serangan udara merusak menara abad pertengahan di kota tua Sanaa, masjid abad pertengahan dan benteng Usmaniyah.

Petempur Al Qaeda mengebom kuil sufi dan menyerang kawasan dikuasai suku Houthi serta mengakibatkan masyarakat Yahudi Yaman, yang berasal dari masa Raja Sulaiman, mengungsi.

 

Ant.

Artikel ini ditulis oleh: