Jakarta, Aktual.com – Drama pengunduran diri Joao Angelo De Sousa Mota dari kursi Direktur Utama PT Agrinas Pangan Nusantara menguak aroma tak sedap di lingkaran pengelolaan proyek pangan strategis pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.
Joao, yang baru enam bulan dilantik, secara terbuka mengklaim dirinya mundur karena tidak mendapat dukungan anggaran sama sekali. Padahal, Agrinas adalah motor penggerak ambisi swasembada pangan nasional yang menjadi salah satu proyek bergengsi Prabowo.
“Keseriusan presiden dalam mendukung kedaulatan pangan ini tidak didukung sepenuhnya oleh stakeholder dan pembantu-pembantunya… sampai hari ini Agrinas Pangan Nusantara masih nol,” tegas Joao, Senin (11/8).
Pernyataan ini ibarat bom waktu. Jika benar, berarti ada “rem” yang sengaja diinjak di dalam lingkaran pemerintahan sendiri.
Pemerintah Membantah, Tapi…
Kepala Badan Pengendalian Pembangunan dan Investigasi Khusus (Bappisus), Aries Marsudianto, buru-buru membantah tuduhan Joao. Ia menegaskan anggaran sudah tersedia, hanya terhambat prosedur administrasi.
“Enggak ada masalah anggaran. Semua sudah terencana dengan baik, hanya prosesnya butuh waktu. Ada prosedur yang harus dilalui,” ujar Aries di Istana Kepresidenan, Selasa (12/8).
Namun, Aries tak menampik adanya kesalahpahaman antara Joao dengan jalur birokrasi yang berlaku. Ia bahkan mengakui telah memberi sejumlah arahan, tapi proses “tersendat” tetap terjadi.
Pertanyaan kritisnya: kalau benar anggaran ada, mengapa hingga enam bulan menjabat, Joao menyebut realisasinya “nol”? Apakah ada blokade tak kasat mata?
Isyarat Teguran Presiden
Tak lama setelah kisruh ini mencuat, Prabowo memanggil Aries. Instruksi yang keluar tegas: potong birokrasi yang berbelit, percepat eksekusi program, dan pastikan tepat sasaran.
Target Prabowo jelas—program strategis seperti Dana Desa, Pupuk Subsidi, Koperasi Desa Merah Putih, hingga Makan Bergizi Gratis harus melaju tanpa hambatan.
“Jangan terlalu berbelit-belit. Yang bisa dipangkas, dipangkas. Penyederhanaan tetap harus terukur dan bisa dipertanggungjawabkan,” kata Aries menirukan pesan Presiden.
Friksi di Balik Agrinas?
Sumber Aktual.com di lingkaran BUMN pangan menyebut, mundurnya Joao bukan sekadar persoalan teknis administrasi. Ada dugaan tarik-menarik kepentingan antara kelompok lama yang menguasai rantai distribusi pangan dan manajemen baru Agrinas yang mencoba memutus pola lama.
Joao sendiri adalah figur yang dipilih langsung Prabowo, namun tanpa dukungan penuh dari sebagian stakeholder, langkahnya seperti terjebak di tengah pusaran politik internal dan birokrasi yang sengaja diperlambat.
Kini, publik menunggu: apakah Presiden akan turun tangan langsung mengeksekusi pembenahan Agrinas, atau justru kisruh ini akan menguap di balik rapat-rapat tertutup?
Yang jelas, mundurnya Joao adalah alarm keras: visi besar swasembada pangan bisa tersandera bukan oleh lawan politik, tapi oleh “tangan-tangan” di dalam istana sendiri.

















