Jakarta, Aktual.com – Banjir merupakan masalah klasik di kawasan Jakarta. Bencana ini menjadi “tamu” langganan yang mengunjungi warga ibu kota setiap tahunnya.
Memasuki awal musim penghujan tahun ini, warga Jakarta pun sudah mulai waswas dengan ancaman banjir yang menghantui mereka.
“Bila sudah banjir warga di sekitar pintu air Manggarai ini kewalahan, warga sibuk menyelamatkan barang-barang rumah tangga nya dan menunggu banjir surut,” kata seorang warga yang tinggal di sekitar pintu air Manggarai, Mahmudin sebagaimana dilansir Antara, Kamis (25/10).
Tak hanya warga, kesibukan dan rasa waswas juga pasti dialami oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta. Pemprov DKI jelas memiliki tugas berat saat musim hujan tiba, seperti mengeruk dasar sungai, membersihkan sampah di selokan atau upaya lainnya.
Singkatnya, banjir merupakan PR bagi warga dan juga Pemprov DKI Jakarta.
“Sejak Sabtu (20/10) sampah di pintu air Manggarai semakin meningkat, apalagi sekarang sudah mulai memasuki musim hujan. Lebih dari 100 truk sudah angkut puluhan ton sampah,” ujar Petugas Unit Pengelola Kebersihan Badan Air Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, Rohmat.
Pada tahun ini, musim hujan diperkirakan hadir di ibu kota pada awal November. Tak ayal, kesibukan warga dan Pemprov DKI untuk mengantisipasi banjir sudah tampak pada penghujung bulan ini.
Tumpukan sampah di selokan dan gorong-gorong memang menjadi salah satu faktor yang mengakibatkan banjir di ibu kota. Hal ini disebabkan minimnya kesadaran warga akan kebersihan.
Jika selokan atau pintu air sudah tersumbat oleh sampah, maka aliran air tidak akan mengalir dengan lancar dan bisa mengakibatkan banjir. Lengkap sudah masalah ibu kota jika sudah seperti ini.
Saluran irigasi yang tidak befungsi dengan baik akibat sampah yang menumpuk ditambah dengan hujan yang intensitasnya tinggi maka tidak bisa dihindari lagi untuk terjadi banjir.
Sampah yang menghiasi selokan dan gorong-gorong pun sangat beragam, mulai dari sampah rumah tangga hingga sampah yang entah dari mana asalnya.
“Sampah yang berada di aliran sungai berbagai macam jenis mulai dari kayu hingga plastik. Kami mengerahkan alat berat untuk mempermudah mengangkut sampah dari pintu air Manggarai,” kata Rohmat.
Penumpukan sampah juga terjadi di sungai-sungai dan pintu air. Hal ini membuat petugas kebersihan Lingkungan Hidup DKI bekerja lebih keras saat musim hujan tiba.
Kebiasaan warga Jakarta yang dilandasi minimnya kesadaran akan sampah pada akhirnya juga mengorbankan warga itu sendiri. Sangat disayangkan ketika semua warga histeris tak ingin kebanjiran, tapi di sisi lain kebiasaan membuang sampah sembarangan masih dipelihara.
Hal ini juga diperburuk dengan nihilnya hasil dari upaya yang dilakukan Pemprov untuk menghilangkan kebiasaan buruk warga. Hingga kini, semua cara yang dilakukan Pemprov untuk menghilangkan ‘tradisi’ ini masih belum membuahkan hasil.
Di pintu air Manggarai, petugas penjaga pintu air selalu mengecek debit air di pintu air Manggarai dan terus melakukan koordinasi dengan petugas bendungan Katulampa, Bogor.
“Debit air di pintu air Manggarai pada Rabu (24/10) masih dalam batas normal, namun kami tetap waspada dan terus berkoordinasi dengan petugas Bendungan Katulampa, Bogor serta apabila debit air di Bendungan Katulampa Bogor tinggi maka kami yang berada di pintu air Manggarai bisa bergerak cepat mengatasi hal tersebut,” ujar petugas penjaga pintu air Manggarai, Jamal.
Ketika ibu kota diguyur hujan dua jam saja beberapa daerah sudah digenangi oleh air yang ketinggiannya bisa sampai satu meter bahkan lebih yang membuat akitivitas warga menjadi terhambat. Ditambah dengan kemacetan yang terjadi apabila banjir sudah memasuki jalan-jalan protokol yang ada di ibu kota.
“Kalau debit air meningkat dan berpotensi untuk terjadi banjir, kami petugas penjaga pintu air Manggarai akan menginformasikan kepada warga untuk waspada dan mengimbau agar apabila terjadi bencana banjir untuk mengevakuasi diri ke tempat yang lebih aman,” kata Jamal.
Sementara di Kalideres, Jakarta Barat, misalnya, pihak Kecamatan sudah mulai mengeruk endapan lumpur yang terdapat di saluran penghubung di Kelurahan Semanan.
Sadar wilayahnya menjadi langganan banjir, Kecamatan Kalideres seolah ingin menekan dampak banjir di kawasannya. Banjir di Kalideres sendiri kerap diakibatkan oleh luapan kali dan banjir pasang dari laut.
Kepala Satuan Pelaksana SDA Kecamatan Kalideres, Agus Purwanto mengatakan, kegiatan antisipasi banjir dan genangan air tersebut telah dimulai pada Minggu di saluran penghubung Jalan Semanan Raya sepanjang 1.150 meter.
“Saluran ini dikuras untuk mengeluarkan debit air dari lingkungan-lingkungan yang di dalam (lingkungan padat) ini supaya airnya mengalir ke luar ke sini, dan dikuras saluran ini,” kata Agus.
Dari hasil pengerukan ini, setidaknya lebih dari 3.000 karung yang digunakan untuk menampung lumpur. Dalam sehari, pengerukan ini rata-rata menghasilkan 600 karung dengan ketinggian sedimen lumpur yang mencapai 60 cm.
Pengerukan ini juga menunjukkan bahwa antisipasi banjir di Jakarta justru dilakukan saat berdekatan dengan hadirnya musim penghujan.
Banjir ibu kota bukan hanya sekadar banjir saja, tetapi juga membuat masalah lain datang. Ketika ibu kota dilanda banjir besar sampai tiga atau lima hari bahkan satu pekan semakin banyak yang harus dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut.
Mulai dari tempat pengungsian, makanan untuk pengungsi, relawan dan hal-hal lain yang harus diperhatikan ketika banjir. Lagi-lagi peran Pemerintah DKI Jakarta dibutuhkan dalam hal ini, pemerintah harus mnyediakan berbagai hal yang dibutuhkan ketika banjir.
Ibu kota negara ini memang sudah terbiasa dengan masalah banjir, tidak heran banyak masyarakat yang mengharapkan agar pemerintah dapat menyelesaikan masalah banjir ini. Sudah banyak warga ibu kota yang merasa tidak nyaman lagi dengan banjir.
Bangsa ini sudah tahu jika masalah utama Ibu Kota ini diantaranya yaitu kemacetan dan banjir. Namun masih banyak orang orang yang berdatangan untuk datang ke Ibu Kota dengan berbagai macam tujuan yang mengantarkannya ke Jakarta, meskipun sudah tahu bagaimana kondisi yang sedang terjadi apalagi saat musim hujan.
Hal lain yang terjadi ketika ibu kota dilanda banjir yaitu para pekerja tidak bisa beraktifitas seperti biasa ketika banjir. Hal tersebut terjadi karena jalanan ibu kota yang sudah digenangi air. Sangat sulit untuk menjalani aktifitas karena terbatasnya akses untuk menuju lokasi kerja.
Siapa yang salah ketika hal ini terjadi, tidak bisa menyalahkan siapa-siapa, ini merupakan tugas warga ibu kota bersama untuk menyelesaikannya.
Ant.
Artikel ini ditulis oleh:
Teuku Wildan