Jakarta, Aktual.co —Puncak musim hujan di Jakarta diperkirakan terjadi mulai akhir Januari hingga Februari 2015. Dinas Kesehatan DKI meminta warga mewaspadai lima penyakit.
Kepala Dinas Kesehatan DKI Koesmedi mengatakan kelima penyakit yang dimaksud yakni infeksi saluran Pernapasan (ISPA), demam berdarah (DBD), diare, cikungunya dan Leptospirosis.
Diakuinya, jumlah penderita penyakit-penyakit itu bersifat fluktuatif. Untuk penderita penyakit flu mengalami peningkatan. Sedangkan, penderita DBD mengalami penurunan. “Sementara itu, yang menderita diare tidak jauh berbeda dari tahun sebelumnya,” ujar Koesmedi, di Jakarta, Senin (2/2).
Sebagai langkah antisipasi, Dinas Kesehatan DKI telah menyiapkan berbagai jenis obat-obatan selama musim hujan.Obat-obatan itu telah didistribusikan ke puskesmas yang tersebar di lima wilayah Kota Jakarta. “Sehingga kalau ada yang sakit, bisa langsung diobati,” tutur Koesmedi.
Sedangkan untuk mengurangi jumlah penderita DBD di ibu kota, pihaknya meminta agar seluruh warga melakukan langkah antisipasi secara optimal.
“Kalau pengasapan atau fogging itu sebetulnya hanya dilakukan sesuai kebutuhan saja. Sedangkan optimalisasi pencegahan DBD itu sendiri kami serahkan kepada warga, yaitu dengan selalu menjaga kebersihan,” ungkap Koesmedi.
Di 2013 lalu, kasus DBD yang ditularkan lewat nyamuk Aides Aegypti mengalami peningkatan akibat curah hujan yang tinggi. Dengan angka case fatality rate atau angka keparahan mencapai 0,20 persen.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta saat itu, Dien Ermawati mengatakan di 2013 kasus DBD meningkat menjadi 104,04/100.000 penduduk dengan 10.156 kasus.
Kata dia, selain karena curah hujan tinggi, meningkatnya kasus DBD umumnya juga meningkat setelah musim penghujan dan menuju kemarau atau pancaroba. Komunitas yang paling rentan terjangkit demam berdarah, ujar dia, adalah anak-anak berumur 7-12 tahun.
Sedangkan daerah yang rawan terjangkit DBD yakni Kelapa Gading, Palmerah, Duren Sawit, Pancoran, dan Kemayoran. Karena prevalensi di daerah tersebut sangat tinggi dibandingkan daerah lainnya di Jakarta.
Artikel ini ditulis oleh: