Beijing, Aktual.com – Muslim China perlu berjaga-jaga terhadap “Islamisasi” merayap, termasuk masjid meniru gaya asing, dan menekankan upaya mewujudkan keimanan mereka dengan cara lebih China, kata pejabat tinggi Islam China, Senin (12/3).
Di China terdapat sekitar 20 juta Muslim, yang sebagian besar bermukim di bagian Barat, mulai dari warga Uighur Xinjiang, yang berbicara bahasa Turki, hingga orang Hui.
Meski China secara resmi menjamin kebebasan beragama, dalam beberapa tahun belakangan, kendali diperketat di daerah terbesar Muslim akibat kecemasan akan kemungkinan radikalisasi dan kekerasan.
Kepala Perghimpunan Islam China Yang Faming saat berbicara kepada badan penasihat di parlemen China mengatakan bahwa Islam memiliki sejarah panjang dan mulia di negara itu.
Namun, Yang mengingatkan akan yang ia katakan menjadi jelas dalam beberapa tahun belakangan dan tidak dapat diabaikan, kata salinan pidatonya, yang dikutip kantor berita resmi Xinhua.
“Misalnya, beberapa gaya bangunan masjid membabi-buta meniru model asing. Di beberapa daerah, konsep halal menjadi hal biasa dan agama mencampuri kehidupan duniawi,” katanya.
“Beberapa orang menaruh perhatian besar pada peraturan agama dan sedikit yang memahami hukum nasional. Mereka hanya mengetahui bagaimana menjadi orang beriman, namun bukan untuk menjadi warga negara. Kita harus tetap siaga tinggi,” kata Yang.
Islam di negara tersebut harus menjunjung tinggi pengalaman sukses menjadi lebih China, yang dipandu oleh nilai-nilai inti sosialis dan menentang radikalisasi, katanya.
Praktik keagamaan, budaya dan arsitektur bangunan keagamaan harus bersifat dan bergaya China, katanya menambahkan.
China mengecam petempur Islam atas serangkaian serangan dalam beberapa tahun terakhir di Xinjiang, yang berada di perbatasan Asia Tengah dan Pakistan.
Kelompok hak asasi manusia mengatakan bahwa kerusuhan tersebut adalah tanggapan terhadap kendali China terhadap hak beragama dan budaya warga Uighur, yang tinggal di sana.
China membantah tudingan penindasan di Xinjiang.
Citra China di kalangan masyarakat Muslim lebih luas di seluruh dunia penting bagi Beijing demi mendorong prakarsa “Sabuk dan Jalan” Presiden Xi Jinping untuk menanam miliaran dolar guna membangun prasarana, yang menghubungkan Asia, Eropa dan Afrika.
ANT
Artikel ini ditulis oleh:
Antara