Maulana Syarif Sidi Syaikh Dr. Yusri Rusydi Sayid Jabr Al Hasani saat menggelar Ta’lim, Dzikir dan Ihya Nisfu Sya’ban (menghidupkan Nisfu Say’ban) di Ma’had ar Raudhatu Ihsan wa Zawiyah Qadiriyah Syadziliyah Zawiyah Arraudhah Ihsan Foundation Jl. Tebet Barat VIII No. 50 Jakarta Selatan, Jumat (19/4/2019). AKTUAL/Tino Oktaviano

Jakarta, aktual.com – Maulana Syekh Yusri Rusydi menjelaskan bahwa Nabi Ibrahim AS adalah merupakan khalilullah, yang dengan maqam khillah inilah beliau meminta kepada Allah Swt untuk menunjukkan tentang bagaimana Allah itu menghidupkan orang mati.

“Baginda Nabi Ibrahim AS bertanya kepada Allah Swt bukan sebab karena ragu bahwa Allah Maha Kuasa untuk menghidupkan orang yang telah meninggal, karena dirinya adalah seorang Nabi yang ma’shum (terjada dari dosa). Akan tetapi baginda ingin menaikkan derajat keilmuanya, yaitu dari ilmu al yaqin kepada ain al-yaqin,” jelas syekh Yusri.

Maka dari itulah Rasulullah Saw bersabda bahwa:

نَحْنُ أَحَقُّ بِالشَّكِّ مِنْ إِبْرَاهِيمَ إِذْ قَالَ رَبِّ أَرِنِى كَيْفَ تُحْيِى الْمَوْتَى قَالَ أَوَلَمْ تُؤْمِنْ قَالَ بَلَى وَلَكِنْ لِيَطْمَئِنَّ قَلْبِى

“Kami lebih berhak untuk ragu (akan Sifat Kuasa Allah Taala) dari pada Ibrahim AS ketika dia berkata : “Wahai Tuhanku, perlihatkanlah kepada diriku bagaimana Engkau menghidupkan orang yang sudah mati. Allah berkata (kepadanya): “Apakah kamu belum mengimani?. Ibrahim menjawab: “Tentu beriman wahai Tuhan, akan tetapi biar hati saya merasa tenang,” (HR. Bukhari).

Syekh Yusri menegaskan, bahwa pemahaman yang benar terhadap hadits ini adalah, apabila kita saja (tentunya baginda Rasulullah Saw tidak termasuk di dalamnya karena dirinya adalah seorang Nabi yang ma’shum) yang merupakan manusia biasa tidak ragu akan Sifat Kuasa Allah Swt, apalagi Nabi Ibrahim yang merupakan seorang utusan Allah yang memilki julukan Khalilullah (kekasih Allah).

Jangan sampai kita sebagai umat Rasulullah Saw salah dalam memahami ayat diatas, yaitu Nabi Ibrahim AS ragu akan Sifat Kuasa Allah, akan tetapi pertanyaan dan permintaan baginda adalah semata-mata agar dirinya perpindah dari maqam ilmu al yaqin kepada ain al yaqin kemudian hak al yaqin. Seperti halnya setiap dari kita mengetahui bahwa kematian itu ada, hingga akhirnya kita benar-benar merasakannya ketika ajal itu telah datang.

Wallahu A’lam.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Rizky Zulkarnain