Semarang, Aktual.co — Pakar politik Universitas Diponegoro Budi Setiyono membenarkan kritik mahasiswa terhadap presiden Joko Widodo yang pro neoliberalisme. Dibuktikan, kebijakan sosialisme yang digembor-gemborkan hanya berkedok belaka dengan mencabut subsidi dan menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis premium dan solar sebesar Rp500 per 28 Maret 2015.

“Kebijakan penyerahan harga BBM ke pasar menunjukkan Jokowi jelas antek neo-liberal yang berpura-pura sebagai sosialis. Blusukan dia ke pasar, sawah, dan dll tidak berarti apapun, dan tidak relevan untuk menutupi mindsetnya yang pro pasar bebas,” tegas Budi di Semarang, Selasa (31/3).

Ia mengungkapkan kilas balik Jokowi, sebelum menjadi presiden menentang kebijakan era presiden Susilo Bambang Yudhoyono mencabut subsidi dan menaikkan harga BBM. Sebaliknya, justru melakukan yang sama seperti apa yang dulu ditentang.

“Jokowi mestinya ingat bahwa sebelum jadi presiden, dia mengkecam. Jika seperti itu, berati sudah kehilangan nurani dan akal sehat,” tandas dia.

Mengenai tanggapan Jokowi melemparkan kebijakan kepada Menterinya, lanjut Budi, dia tidak bisa seenaknya melempar kebijakan yang fundamental seperti ini kepada menteri ESDM Sudirman Said.

Menurutnya, keputusan penuh berada di tangan Presiden, sedangkan menteri bertugas membantu Presiden. Dengan demikian, usanglah sudah taktik sembunyi tangan model begitu.

“Benar apa yang disuarakan mahasiswa. Jokowi harus stop kebijakan-kebijakan yang menyengsarakan rakyat seskarang juga. Kalau tidak bisa, ya mundur saja dari kursi kepresidenan,” pungkas dia.

Artikel ini ditulis oleh:

Eka