Padang, Aktual.com — Berusia 51 tahun, Nanda
Talembanua merupakan mantan atlet profesional untuk olahraga angkat berat. Dengan raihan 12 kali juara dunia yang pernah dimiliki putra Indonesia.
Pria yang akrab disapa Nanda ini telah memulai pergelutan dunia angkat berat semenjak berusia 16 tahun. Sekarang, Nanda merupakan pelatih bagi tim angkat berat Sumatera Barat untuk Pekan Olahraga Nasional (PON) Jawa Barat, di bulan September mendatang.
Pertemuan Nanda dengan olahraga angkat berat tidak terbayangkan. Awalnya, Nanda mencoba peruntungan bersama olahraga tinju. Namun, karena adanya permasalahan, ia pun memilih mundur.
Setelah mundur, dia sering menonton pertandingan angkat berat melalui televisi di masa itu. dari sanalah, datang ketertarikannya dengan dunia angkat berat maupun angkat besi.
“Terus, saya mulai cari tempat latihannya, ketemulah waktu itu Club Asta Yudha. Di sanalah, saya mulai untuk belajar olahraga angkat berat,” kata ia, kepada wartawan, di sela-sela melatih tim angkat berat dan besi Sumbar untuk PON Jabar di Komplek PT Semen Padang, Indarung, Kota Padang, Senin (25/1).
Semenjak itu, Nanda mulai mengikuti berbagai kejuaran di Indonesia.
“Saya sudah coba semua kejuaraan di dunia, apalagi Indonesia, satu yang belum, Olimpiade, karena waktu itu kan belum ada,” katanya.
Prestasinya mulai dikenal masyarakat Indonesia, setelah mengikuti berbagai ajang Kejuaraan dunia. Bahkan, saat kejuaraan di London, Inggris, Nanda pernah memecahkan rekor terbesar dalam sejarah angkat berat dunia.
“Waktu itu, saya sempat masuk majalah di London, saya dibilang ‘Manusia Aneh’, karena tubuh saya yang kecil tapi bisa memecahkan rekor itu. Bahkan, darah saya juga sempat diperiksa, dikira saya pake dopping,” terang ia menambahkan.
Pria kelahiran Domo Telok Dalam, Nias Selatan, Sumatera Utara, 11 April 1965 tersebut berhenti menggeluti sebagai atlet angkat berat pada tahun 1996 dan beralih menjadi pelatih.
Berhentinya Nanda sebagai atlet bukan tanpa sebab. Ia sendiri merasa kecewa karena jerih payahnya dalam membawa nama Sumatera Barat tidak mendapat respon positif.
“Saya menggelutinya sudah puluhan tahun, tapi tahun 1996 saya merasa kecewa tidak ada respon positif waktu itu, dan akhirnya saya berhenti sebagai atlet dan istirahat satu tahun, kemudian beralih menjadi pelatih hingga sekarang,” ungkap ia.
Namun demikian, diakui Nanda, ada seseorang yang menghargai prestasinya waktu itu dan menjadi pedoman bagi dirinya untuk memajukan Olahraga angkat berat di Sumatera Barat.
“Iya, pak Azwar Anas waktu itu dia Menteri Perhubungan, sebelumnya Gubernur Sumbar, dia yang memotivasi saya agar tetap di sini (angkat berat, red). Ini amanah yang saya jalankan,” tutur ia menambahkan.
Jika melihat respon pemerintah terhadap para atlet, Nanda berpendapat masih sangat minim. Menurut ia, kurangnya respon dan dorongan dari pemerintah membuat banyak para atlet harus mundur.
“Sangat kurang dorongannya, bagaimana atlet dapat berkembang. Yang diperlukan bukanlah janji-janji, tapi realisasi, biar sedikit tapi bermanfaat,” harapnya.
Saat ditanya, kenapa yang tidak memilih melatih maupun menjadi Atlet di luar Sumatera Barat?, Nanda mengakui dirinya tidak mencari kekayaan.
“Kalau tawaran dengan gaji yang besar banyak, tapi saya tolak, hidup saya sudah berkecukupan. Jangan mencari kaya, carilah kesenangan dalam diri kita, kalau uang dapat dicari dengan cara lain, dan kekayaan juga tidak dibawa mati-kan,” tukasnya.
Selain itu, Nanda berencana akan mengakhiri pergelutannya pada dunia angkat berat setelah PON 2016, Jawa Barat. Alasan ia sendiri karena mulai minimnya respon dari berbagai pihak terkait dalam memajukan cabang olahraga, terutama angkat berat.
“Sudah 20 tahun saya menggeluti dunia ini, usai PON di Jabar nanti, saya berencana akan berhenti dan kembali ke pekerjaan saya di Semen Padang,” kata ia menambahkan.
Menghargai jasanya mengharumkan Indonesia, beberapa tahun lalu, pemerintah pusat meletakkan berbagai medali, baju hingga peralatan semasa menjadi atletnya pada Museum Taman Mini Indonesia, Jakarta. Sehari-hari ia merupakan karyawan PT Semen Padang, dia diangkat pada tahun 1993 berkat prestasinya tersebut.
Artikel ini ditulis oleh: