Jakarta, Aktual.com – Program tol laut yang dikembangkan oleh Pemerintahan Joko Widodo (Jokowi)-Jusuf Kalla (JK) ternyata masih belum optimal. Faktanya, jalur transportasi laut untuk pengiriman logistik ke Indonesia Timur masih rendah. Selama ini, sektor perdagangan masih didominasi oleh daerah Sumatera dan Jawa. Justru Kawasan Timur Indonesia (KTI) masih rendah. Hal ini terjadi pengiriman barang ke KTI masih rendah.

“Perdagangan Indonesia banyaknya terjadi di Sumatera dan Jawa, sehingga dampakanya barang-barang kita susah untuk masuk ke Indonesia Timur,” jelas Direktur Utama PT Pelindo II (Persero), Elvyn G Masassya, di acara CEO Forum, di Jakarta, Kamis (24/11).

Dirinya sudah berkoordinasi dengan pelaku perkapalan di Indonesia, untuk mencari tahu alasan enggan mengirim barang ke KTI.

“Begitu saya tanya, kenapa mereka tidak mau bawa barang ke Sorong, Papua? Jawabannya, simple sekali, kalau mereka pulang, dari Sorong ke Jakarta, terus mau bawa apa?” jelasnya.

Jika itu terjadi, kata dia, berarti ada masalah di pelabuhan. Apalagi memang, dari data yang ada, 80 persen pembongkaran muatan atau transhipment itu hanya terjadi di Sumatera dan Jawa.

“Oleh karena itu, saya sebagai pegelola pelabuhan tak bisa tinggal diam. Harus cepat memperbaiki problem ini,” tegas dia.

Menurutnya, ada dua hal untuk memperbaikinya. Pertama, memperbaiki operatornya, karena harus melakukan hal-hal yang luar biasa. Dan kedua, pemerintahnya ini harus melakukan hal luar biasa pula.

“Dalam konteks ini, kami di Pelindo II, sudah membantu pemerintah untuk mengkoneksikan Indonesia barat ke Indonesia timur. Sehingga pada akhirnya bisa menciptakan kesejahteraan yang merata,” papar Elvyn.

Kondisi ini tentu memengaruhi program tol laut. Apalagi selama ini, konsep pengelolaannya harus diubah dan semua pelabuhan di Indonesia standarnya harus sana.

“Kita ini ada sekitar 1.880 pelabuhan di Indonesia. Anda bisa bayangkan pelabuhan satu dan lain disparitasnya itu tinggi sekali. Alatnya tidak sama, kedalamannya tidak sama, kapal tidak bisa melabuh, kapal hanya tersandar. Makanya, pelabuhan Indonesia barat dan timur harus sama,” papar dia.

Untuk itu, pihaknya mengembangkan Indonesia Chain Port. Sehingga nantinya, Jakarta, Priok, Surabaya, Makassar, ‎dan Sorong memiliki konsep yang sama.

“Apakah ini cukup? Tidak. Salah satu permasalah kalau pelabuhannya hebat, tapi interlainnya jelek ini tetap tidak bisa. Pelabuhan sekarang tidak bisa berjalan sendiri, pelabuhan barang harus memiliki distribusi dengan kawasan industri,” tandasnya.

(Laporan: Busthomi)

Artikel ini ditulis oleh:

Eka