Jakarta, Aktual.com – Pengajian kitab Syarah Sahih Imam Al Bukhari bab ke 62 tentang Fadhail As-Shahabah (keutamaan-keutamaan para sahabat Nabi SAW) oleh Syech Dr.Yusri Rusydi di Masjid Universitas Al Azhar Kairo Mesir pada tanggal 28 Pebruari 2013.

عَنْ عَائِشَةَ ، قَالَتْ : سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، يَقُولُ : “مَا خُيِّرَ عَمّارٌ بَيْنَ أَمْرَيْنِ إِلاَّ اخْتَارَ أَرْشَدَهُمَا

Dari Aisyah RA berkata: Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Ammar bin Yasar tidak akan memilih salah satu dari dua urusan kecuali ia akan memilih yang terbaik (yang diridhoi Allah SWT) dari keduanya” (HR. Imam Turmudzi).

Hadits ini mengandung makna bahwa diantara kelebihan sahabat Ammar bin Yasar adalah syetan tidak akan dapat menggoda dan menyesatkannya. Lalu bagaimana caranya agar seorang muslim bisa mendapatkan anugerah seperti yang telah Allah SWT anugerahkan kepada sahabat Ammar bin Yasar?

Alhamdulillah Allah SWT telah memberikan futuh atau ilham kepadaku mengenai penjabaran hadist ini dan ini termasuk Al Yusriyyat, hendaknya setiap muslim camkan hal ini agar selamat dari bujuk rayu syetan.

Ketahuilah bahwa syetan tidak dapat masuk ke dalam hati manusia kecuali melalui pintu masuknya yang berjumlah tiga gerbang, apabila ketiga pintu tersebut engkau tutup maka syetan tidak akan pernah bisa masuk. Apa saja Ketiga pintu masuk itu?

Yakni Al Jahlah (kebodohan), Al Ghaflah (kelengahan) dan Al Syahwah (hawa nafsu syahwat/hasrat keinginan) dan untuk masing-masing pintu tersebut ada penangkalnya supaya tidak dapat dilintasi oleh syetan.

Amankanlah pintu Al Jahlah dengan Al ‘Ilmu (ilmu pengetahuan), tutup pintu Al Ghaflah dengan Al Dzikr (berdzikir kepada Allah) dan bendunglah ambisi nafsu Al Syahwah dengan Mukhalafatuha (melawan dan mengalahkan rayuannya).

Jika engkau telah menjadi pribadi yang ‘Alim (berilmu) dan Dzakir (ahli dzikir) berarti telah tertutup bagimu dua pintu syetan (al jahlah dan al ghaflah) sementara pintu masuk syetan via hawa nafsu (al syahwah) masih terbuka lebar untuk dilalui kapan dan dimana pun.

Oleh karena itu setiap muslim tidak akan berada dalam kondisi aman jika hanya mengandalkan ilmu yang tinggi dan amalan dzikir yang dawam jika ia tidak pernah berusaha untuk men-tarbiyah hawa nafsunya yang berarti melawan dan mengalahkan hasrat keinginan yang muncul menggebu-gebu dari ambisi pribadinya pada suatu perkara yang tidak dicintai dan diridhai oleh Allah SWT.

Banyak sekali ayat-ayat Al Quran yang mengingatkan kita pada hal tersebut agar kita tetap waspada.

Allah SWT berfirman:

أَفَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ وَأَضَلَّهُ اللَّهُ عَلَى عِلْمٍ وَخَتَمَ عَلَى سَمْعِهِ وَقَلْبِهِ وَجَعَلَ عَلَى بَصَرِهِ غِشَاوَةً فَمَنْ يَهْدِيهِ مِنْ بَعْدِ اللَّهِ أَفَلا تَذَكَّرُونَ

“Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya, dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?” (QS: Al Jaathiyah/45 ayat 23).

إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّي

“Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku.” (QS: Yusuf/12 ayat 53).

وَنَفْسٍ وَمَا سَوَّاهَا*فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا

“Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya.” (QS: Asy-Syams/91 ayat 7-8).

Dan banyak sekali ayat-ayat Al quran dan hadist-hadist Nabi SAW yang menuturkan tentang bahaya mengikuti hawa nafsu sehingga Imam Al Bushiri Asy-Syadzili mendapatkan inspirasi dari Al-Quran dan Sunnah untuk menuliskan tema Al Hadzr ‘An Hawa An-Nafs (waspada hawa nafsu) dalam bait syair Qasidah Burdahnya :

وإنْ هُما مَحَّضاكَ النُّصحَ فاتهم وخالفِ النفسَّ والشيطانَ واعصهما

Lawanlah Hawa Nafsu Dan Setan Durjana! Durhakailah mereka berdua! Meskipun Mereka Memberikan rekomendasi kepadamu dengan Tulus, tetap Engkau Harus Mencurigainya..!

Kita semua sebagai seorang muslim harus mencontoh kepribadian sahabat Ammar bin Yasar yang ‘Alim (berilmu), Dzakir (ahli dzikir) dan Mukholif li Nafsihi (melawan hawa nafsunya), sehingga syetan tidak bisa mempengaruhi gerak langkah serta pilihannya akan suatu perkara, sebagaimana yang digambarkan oleh Rasulullah SAW dalam hadist di atas.

(Deden Sajidin)

Artikel ini ditulis oleh:

Arbie Marwan