Yogyakarta, Aktual.co — Pengamat Hukum Internasional Universitas Gadjah Mada (UGM), Sigit Riyanto, menilai adanya laporan pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) oleh CIA mestinya membuat negara-negara di dunia saat ini harus mulai bersikap lebih berani dan tegas terhadap Amerika Serikat (AS).
Sebagaimana diketahui Amerika Serikat sebagai salah satu negara yang selama ini dianggap selalu berada di barisan paling depan dalam menjaga demokrasi, ketertiban dunia dan penegak HAM di dunia, baru-baru ini justru diketahui melakukan pelanggaran HAM. Yakni  dalam menginterogasi sejumlah tahanan pasca terjadinya bom 11 September beberapa tahun lalu dengan dalih menjaga keamanan nasional mereka.
“Kebijakan yang absurd dan standar ganda nyatanya digunakan oleh Amerika Serikat sebagai instrumen untuk melakukan presure atau menekan negara lain. Karena itu mestinya sekarang ini negara-negara lain harus mulai lebih berani bersikap tegas,” katanya Jumat (12/12/2014).
Ia mencontohkan salah satu sikap tegas dan berani tersebut adalah seperti sikap yang ditunjukkan oleh China baru-baru ini. Dimana lewat pemerintahannya, China berani memberikan tekanan dengan mengeluarkan pernyataan agar AS tidak menerapkan politik standar ganda. China bahkan juga mendesak agar pelanggaran HAM yang dilakukan oleh CIA tersrebut diproses.
Sigit sendiri menilai adanya laporan pelanggaran HAM berupa penyiksaan pada para tahanan saat interogasi pasca serangan bom 11 September beberapa tahun lalu oleh CIA tersebut tidak dapat dibenarkan. Selain karena AS telah menutup-nutupi hal itu selama bertahun-tahun, hal itu juga membuktikan AS menerapkan standar ganda. Dimana AS sebagai salah satu negara yang selama ini dianggap selalu berada di barisan paling depan dalam menjaga demokrasi, ketertiban dunia dan penegak HAM namun justru tidak taat dan melanggar hal yang didengung-dengungkanya itu sendiri.

Artikel ini ditulis oleh: