“Alhamdulillah, Tuhan masih menyelamatkan saya, beberapa saat setelah gempa, kami bersama tokoh masyarakat sempat yasinan di pantai, saya melihat air laut surut hingga satu kilometer, kami mulai ketakutan dan akhirnya berlarian,”jelasnya.
Hanya satu orang yang berinisiatif menaiki lantai atas Masjid Baitul Atiq, dan yang bersangkutan hingga kini masih hidup menjadi saksi sejarah. Bangunan masjid tersebut hingga kini belum di perbaiki dan tetap menjadi saksi sejarah tsunami 2004.
Di lokasi masjid tersebut juga telah dibangun satu monumen sejarah “Kulah Air dan Jam Dinding” bertuliskan pukul 08.30 WIB serta 376 nama-nama korban tsunami yang sudah pasti karena masih banyak keluarga yang luput dari pendataan.
“Desa kami ini adalah kampung nelayan, kami sekarang sudah direlokasikan di Blang Beurandang, tapi desa ini adalah tanah kelahiran yang tidak bisa kami lupakan,”katanya menambahkan.
Peringatan 13 tahun gempa tsunami di Kabupaten Aceh Barat dipusatkan dengan kegiatan zikir dan doa bersama serta penyantunan anak yatim di Masjid Agung Baitul Makmur Meulaboh, dengan tamu undangan 3.500 orang, berlangsung sejak pukul 09.00 WIB.
Artikel ini ditulis oleh:
Antara