Foto yang menunjukkan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Fukushima Daiichi dilihat dari Futabacho, Futabagun, Prefektur Fukushima, Jepang, (6/3/2023). (Xinhua/Zhang Xiaoyu)

Jakarta, aktual.com – Asosiasi perikanan nasional di Jepang dengan tegas menolak rencana pembuangan air radioaktif yang telah diolah dari Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Fukushima ke laut. Keputusan ini muncul di tengah kekhawatiran baik dari dalam negeri maupun luar negeri mengenai dampak lingkungan dari tindakan tersebut.

Federasi Nasional Asosiasi Koperasi Perikanan bersama dengan asosiasi lokal di Prefektur Miyagi pada Kamis (24/8/2023), mengeluarkan pernyataan bersama untuk mengecam rencana pelepasan air radioaktif tersebut. Mereka mengungkapkan bahwa tindakan ini telah memicu kekhawatiran yang lebih besar di kalangan nelayan.

“Penolakan kami terhadap pembuangan limbah tidak berubah sedikit pun,” ungkap pernyataan tersebut.

Pernyataan tersebut juga menyoroti bahwa meskipun keputusan pemerintah diambil dengan pertimbangan nasional dan tanggung jawab penuh, nelayan di seluruh negeri merasa semakin khawatir akan situasi ini.

Asosiasi perikanan tersebut menegaskan bahwa kepentingan mereka hanya berkisar pada kelangsungan bisnis perikanan yang aman. Mereka juga mendesak pemerintah untuk bertindak cepat dalam memulihkan citra mereka yang tercoreng.

“Kami ingin pemerintah memenuhi janji perdana menteri dan mendukung para nelayan,” demikian tambahan pernyataan mereka.

Merespons keprihatinan dari komunitas nelayan, Pemerintah Jepang yang dipimpin oleh Perdana Menteri Fumio Kishida telah menyiapkan dana sebesar 30 miliar yen (sekitar Rp3,14 triliun) dan 50 miliar yen (sekitar Rp5,24 triliun) untuk menanggapi isu-isu yang merugikan serta membantu nelayan lokal dalam menjaga bisnis mereka tetap berjalan.

Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Fukushima mengalami kerusakan parah akibat gempa bumi dan tsunami pada Maret 2011. Tragedi tersebut menewaskan sekitar 18.000 orang.

Artikel ini ditulis oleh: