Yogyakarta, Aktual.com – Reaksi netizen, khususnya di media Twitter, soal arogansi terdakwa penista agama Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) beserta tim kuasa hukumnya terhadap saksi KH Ma’ruf Amin meninggalkan jejak digital yang menarik untuk diketahui.
“Peta geografis sebaran percakapan memperlihatkan sebagian besar ada di luar DKI Jakarta, 53 persen. Di luar Jakarta, kota yang paling banyak percakapannya adalah Bogor dan Bandung,” ungkap Ahli Informatika, Ismail Fahmi, Kamis (2/2).
Kata kunci yang digunakannya pengguna internet, khusus dalam mengumpulkan data percakapan di media Twitter, yakni ‘Ma’ruf Amin’, ‘Ketua MUI’, ‘Kyai Ma’ruf’, ‘Rais Aam PBNU’ serta ‘Maruf Amin’.
Hasilnya, Fahmi melihat tren frekuensi percakapan menunjukkan gelombang reaksi sangat besar yang muncul dari berbagai penjuru negeri. Dari Aceh, Papua, Bali hingga Kalimantan Utara, bahkan hingga Malaysia dan Singapura.
Dari 17 kilo(byte) percakapan pada 31 Januari 2017, naik drastis menjadi 38 kilo(byte) percakapan di hari berikutnya. Jumlah ini menurutnya mengejutkan untuk sebuah kata kunci terkait seorang individu.
Diketahui, sistem bilangan ini kerap digunakan pada dunia teknologi informatika untuk menghitung jumlah berkas digital dalam komputasi biner.
“Dari peta SNA (Social Network Analysis) tampak dua cluster (kubu) besar antara yang membela Kyai Ma’ruf dimana @mahendradatta yang paling dominan dan yang membela Ahok dengan @kurawa sebagai panglimanya,” paparnya.
Setiap kali melihat peta SNA Drone Emprit untuk kasus serupa, Doktor sains-informatika lulusan Universitas Groningen ini mengaku heran sampai kapan energi dan perhatian masyarakat Indonesia harus dikacaukan, dikejutkan dan ditumpahkan gara-gara menanggapi ucapan-ucapan yang keluar tanpa didahului pikiran yang mendalam.
“Jika yang meracau itu orang kurang waras di pinggir jalan, tentu akan diabaikan. Tapi, jika yang berbicara itu pemimpin, maka dampaknya akan besar,” ujar co-founder media monitoring Awesometrics ini.
Tools Drone Emprit merupakan teknologi penemuannya yang berfungsi mendata dan menganalisis percakapan netizen di media sosial, termasuk media online.
Sebelumnya, ia memonitor seputar aksi damai bela Islam 411 dan 212, aksi Rush Money, impeachment Presiden AS Donald Trump serta adanya impor konflik Suriah ke Indonesia lewat jalur linimasa.
(Nelson Nafis)
Artikel ini ditulis oleh: