Jakarta, Aktual.com – Ngototnya Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) untuk berupaya menggaet dukungan PDI-P adalah bentuk ketidakpercayaan menghadapi Pilkada DKI 2017. Yakni tidak percaya dengan basis massa tiga partai yang sudah lebih menyatakan mendukungnya, yakni Hanura, NasDem, dan Golkar.
Basis ketiga politik itu dianggap belum terindentifikasi. Karena itulah Ahok masih ngotot mendapat dukungan PDI-P yang memiliki basis massa jelas, sehingga bisa digerakkan untuk bekerja memenangkan dirinya di Pilkada DKI 2017. “Ngototnya Ahok karena massa PDIP sudah terbangun secara massif,” ujar Direktur Eksekutif Renaissance Political Research and Studies (RePORT) Khikmawanto di Jakarta, Selasa (6/9).
Terlepas dari itu, dia juga mengingatkan partai lain yang tidak mengusung Ahok namun memiliki basis massa yang jelas di Jakarta, yakni PKS, PAN, PKB dan PPP untuk berhati-hati jika PDI-P mengusung calon sendiri di luar koalisi Ahok. Lantaran berpotensi memecah suara.
“Bisa jadi suara pemilih dari empat partai tadi akan terpecah dan bisa dipastikan Ahok menang dalam pilkada. Karena di Jakarta ini ada sekitar 40 persen pemilih yang situasi apapun tidak akan memilih Ahok,” ujar dia.
Mengingat elektabilitas Ahok hingga kini tidak kunjung naik dari angka 48 persen dan dapat menurun. Pasalnya hal tersebut disebabkan banjir yang belum teratasi, kemacetan serta penggusuran. Karenanya kata Khikmawanto, tim Ahok berfikir cara untuk memecah suara, yakni dengan mengusung dari dua calon pasangan gubernur-wakil gubernur.
“Pertanyaannya sekarang apakah dengan bergabungnya PDIP ke dalam koalisi, kompetisi ini bisa dimenangkan Ahok? Padahal dari internal PDIP sendiri terpecah mengenai dukung mendukung Ahok,” ungkap dia. (Fadlan S Butho)
Artikel ini ditulis oleh: